Sport

Sejarah Ramla Ali, Menangi Event Tinju Putri Pertama di Arab Saudi

apahabar.com, JAKARTA – Ramla Ali mengukir sejarah, ketika memenangi event tinju putri pertama yang digelar di…

Featured-Image
Ramla Ali melayangkan pukulan ke arah wajah Crystal Garcia Nova dalam duel tinju putri pertama di Arab Saudi. Foto: ITV

bakabar.com, JAKARTA – Ramla Ali mengukir sejarah, ketika memenangi event tinju putri pertama yang digelar di Arab Saudi, Minggu (21/8).

Petinju Inggris kelahiran Somalia itu mengalahkan Crystal Garcia Nova dalam pertarungan tinju kelas bantam super di King Abdullah Sports City Arena, Jeddah.

Ramla Ali cuma membutuhkan waktu 65 detik untuk merobohkan sang lawan, setelah sebuah pukulan mengarah ke rahang Crystal Garcia.

“Sedianya pertandingan akan lebih menyenangkan, seandainya sampai ronde-ronde berikutnya,” papar Ramla Ali yang mengantongi rekor 7 pertandingan tanpa kekalahan.

Pertarungan Ramla Ali versis Crystal Garcia merupakan partai penyerta untuk pertarungan utama dalam kelas berat antara Anthony Joshua dan Oleksandr Usyk.

Diketahui Oleksandr Usyk memenangi pertandingan selama 12 ronde itu, sekaligus mempertahankan sabuk juara dunia.

Selain berusaha menjadi juara dunia, Ramla Ali menginginkan pertarungan tinju putri pertama di Arab Saudi.

“Penyelenggara yang mengundang saya dan merancang pertandingan ini telah menunjukkan tentang perubahan budaya di wilayah ini,” papar Ramla.

“Dengan bertanding di Arab Saudi, saya berharap kami bisa mengilhami generasi mendatang,” imbuh wanita bernama lengkap Ramla Said Ahmed Ali itu.

Ramla Ali yang juga model, aktivis dan penulis, telah mendorong komunitas wanita di Arab Saudi untuk berani tampil dengan melakoni sparring menghadapi 40 petinju wanita.

Dilansir dari SindoNews, kisah Ramla Ali sebetulnya sudah terasa sensasional, bahkan sebelum meraih kemenangan bersejarah di Arab Saudi.

Ramla merupakan seorang pengungsi yang lari dari Somalia akibat perang di awal 1990. Kakak laki-laki Ramla yang baru berusia 12 tahun, bahkan terbunuh akibat bom dalam perang saudara ini.

Keluarga Ramla melarikan diri dari Mogadishu, setelah perjalanan kapal selama 9 hari ke Kenya. Beberapa di antaranya meninggal karena kelaparan, sebelum sisa keluarga Ramla menemukan perlindungan di London.

Kemudian di London, Ramla Ali akhirnya tumbuh menjadi petinju. Kehidupan yang keras di masa kecil juga mendorong wanita kelahiran 16 September 1989 ini menjadi aktivis perempuan.



Komentar
Banner
Banner