Masih dalam periode yang sama, Barito Kuala, dan Banjarbaru menjadi dua daerah dengan BOR tertinggi di Kalsel, masing-masing 91 persen dan 90 persen.
Sementara, tingkat positivitas Banjarmasin berkisar 43 persen, dengan rasio kontak erat 0,2. Standar WHO tingkat positivitas di daerah mesti kurang dari 5 persen, atau lebih dari 14 orang dilakukan tracing ketika didapati kasus.
Sebagai pembanding, masih meminjam catatan Kementerian Kesehatan, pada 3 Agustus, Banjarmasin memiliki 164 kasus terkonfirmasi, rawat inap 81, dan meninggal 6.
Kala itu, Banjarmasin menjadi penyumbang kasus terbanyak ketiga di Kalsel setelah Banjarbaru, dan Tanah Laut. Sementara, tingkat positivitas Banjarmasin berkisar 47%, rasio kontak erat 0,7, dengan BOR berkisar 66%.
Penurunan tidak signifikan terhadap kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Banjarmasin selama periode itu, menurut Anggota Tim Pakar Covid-19, Universitas Lambung Mangkurat, Hidayatullah Muttaqin lebih karena jumlah testing yang menurun.
"Selama dua pekan PPKM insidensi penduduk yang dirawat di RS per 100 ribu penduduk justru naik, insidensi kasus kematian juga justru naik," ujar Taqin dihubungi bakabar.com, Senin siang.
Berdasarkan asesmen situasi Covid-19, Kementerian Kesehatan RI masih menempatkan Banjarmasin pada situasi level 4.
Terbatasnya kapasitas respons sistem kesehatan perlu jadi perhatian lain, yang mana angka tingkat positivitas masih di atas 40 persen, kontak erat masih nol koma sedangkan BOR di atas 65 persen.
"Bukan pekerjaan mudah untuk memperlambat laju kasus infeksi Covid-19, menurunkan risiko masyarakat terpapar virus Corona. Tidak ada yang instan dan dapat dicapai dalam waktu singkat. Semuanya perlu keseriusan dengan mengerahkan segenap sumber daya yang dimiliki," jelasnya.
Dilengkapi oleh Bahaudin Qusairi