bakabar.com, JAKARTA – Pada perdagangan pasar spot, Kamis (18/11), dilaporkan nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.233 per dolar AS. Naik 10,5 poin atau 0,07 persen dari Rp14.243 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.
Di Asia, mayoritas mata uang asia menguat di hadapan dolar AS. Tercatat, peso Filipina menguat 0,12 persen, ringgit Malaysia menguat 0,03 persen, dan baht Thailand menguat 0,01 persen.
Kemudian, won Korea Selatan menguat 0,13 persen dari dolar AS dan yuan China menguat 0,01 persen. Lalu, dolar Singapura melemah 0,02 persen, dolar Hong Kong melemah 0,02 persen, yen Jepang melemah 0,01 persen.
Sementara, mata uang di negara maju bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Rinciannya, euro Eropa menguat 0,05 persen, dolar Australia melemah 0,12 persen, dan poundsterling Inggris menguat 0,02 persen. Lalu, dolar Kanada melemah 0,02 persen dan franc Swiss menguat 0,06 persen.
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra memprediksi nilai tukar rupiah tertekan hari ini. Hal ini sejalan dengan pelemahan aset berisiko lainnya, seperti indeks saham Asia dan AS.
“Kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi yang bisa melambatkan perekonomian masih akan menekan aset berisiko,” ungkap Ariston kepada CNNIndonesia.com.
Beberapa negara mencatatkan lonjakan inflasi per Oktober 2021. Inggris misalnya, pemerintah mengatakan inflasi naik 4,2 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Lalu, inflasi di AS sebesar 6,2 persen secara tahunan per Oktober 2021. Kemudian, harga produsen di China melonjak hingga 13,5 persen per Oktober 2021.
Hari ini, Ariston meramalkan rupiah bergerak di zona merah dengan kisaran Rp14.200 per dolar AS hingga Rp14.280 per dolar AS.