bakabar.com, JAKARTA- Pakar Bisnis Profesor Rhenald Kasali menduga badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada perusahaan startup karena bakar duit yang berlebihan.
"Yang pertama mungkin bakar duitnya secara berlebihan. kalau bakar duit secara berlebihan ini yang terjadi, kompetisi di antara mereka," ucap Rhenald dikutip Detik.com.
Rhenald menduga PHK yang terjadi seperti pada GoTo bukan dan Ruangguru karena bakar duit yang terlalu berlebihan.
Rhenald meragukan alasan GoTo dan Ruangguru melakukan PHK karena tekanan ekonomi global.
Baca Juga: Daftar Panjang Badai PHK Perusahaan Startup Indonesia
Menurut Rhenald seharusnya selama masa pandemi COVID-19 GoTo dan Ruang Guru mendapat keuntungan.
"Semua orang menggunakan jasa mereka. Tetapi apa itu sustain?" kata Rhenald dalam konten video di akun Youtubenya.
Selama masa pandemi, semua orang dibatasi keluar rumah, layanan antar makanan dan barang yang diberikan GoTo sangat diperlukan.
Sementara Ruangguru sempat menjadi platform digital dalam program Kartu Prakerja. Meskipun akhirnya perusahaan mundur setelah muncul polemik.
Baca Juga: Startup Gencar Promo, Celios: Jadi Penyebab Kerugian
Beberapa waktu lalu, Startup, unicorn hingga decacorn menjadi tempat kerja yang diincar para pencari kerja. Para pencari kerja berharap bekerja di sana karena mendapatkan gaji yang besar hingga fasilitas memadai.
Namun itu berubah setelah badai pemutusan hubungan kerja (PHK) menerpa sederet perusahaan teknologi berkonsep rintisan.
Selain GoTo dan RuangGuru, sebelumnya ada Shopee Indonesia, Binar Academy, GrabKitchen dan JD.ID,.
Badai PHK juga menerjang Lummo, Link Aja, TaniHub dan masih banyak lagi startup yang melakukan PHK.
Baca Juga: Soal Pendanaan Startup, Banyak yang Keliru dengan Cara Kerjanya
Gelombang PHK sepertinya masih akan terus terjadi, baik yang unicorn maupun masih rintisan.
Apalagi perusahaan rintisan yang belum jadi unicorn atau IPO, potensi untuk gulung tikarnya besar.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai badai PHK di sektor startup belum selesai.
Ia memperkirakan akan ada lagi perusahaan yang melakukan PHK. Dengan kondisi seperti ini membuat para pekerja perusahaan startup saat ini juga resah.
Baca Juga: Disnakertrans Jabar Antispasi Ancaman PHK Massal dengan Langkah Migitasi
"Iya, masih akan terus terjadi (PHK), baik yang unicorn maupun masih rintisan,'" tutur Heru.
Heru mengatakan, bekerja di startup memang sempat menjadi idaman bagi para pencari kerja beberapa tahun lalu.
Faktor yang mendorong para pencari kerja berharap bisa bekerja di startup karena gaji yang relatif lebih besar dari perusahaan pada umumnya.
Perusahaan rintisan yang sudah punya nama tidak ragu memberikan gaji yang besar dengan fasilitas mewah.
Baca Juga: Konflik China-Taiwan, Eropa Pengaruhi PHK di Industri Padat Karya
Namun menurut Heru, justru itu bisa menjadi salah satu penyebab perusahaan tidak efisien.
Heru menilai, fasilitas yang lengkap dan gaji yang besar mungkin ini juga bagian dari branding agar disebut seperti perusahaan besar Google atau Facebook.
"Tapi ternyata tidak dipakai, banyak space kantor terbuang tidak digunakan, jadi pemborosan," ungkap Heru.