bakabar.com, JAKARTA – Peneliti Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eisha Maghfiruha Rachbini mengungkapkan fenomena PHK di perusahaan startup terjadi, karena adanya prospek gelap pada tahun depan.
Untuk itu, banyak perusahaan startup memilih untuk melakukan efisiensi operasional melalui PHK.
“Pengaruhnya juga bahwa ke depan ada potensi perekonomian melambat di seluruh dunia, yaitu resesi, memang menjadikan siklus bisnis itu sedang tidak kurang baik,” ujarnya kepada bakabar.com, Jumat (25/11).
Baca Juga: Rhenald Kasali: Startup Terkena Badai PHK karena Bakar Duit Berlebihan
Diketahui, sebanyak 17 startup di Indonesia melakukan PHK dalam jumlah besar. Kabar terbaru perusahaan startup omnichannel commerce enabler, Sirclo group, melakukan PHK sebesar 8 persen atau sebanyak 160 pegawai.
Selain itu, kurang lebih lima startup Indonesia selama 2022, dinyatakan bangkrut atau berhenti beroperasi.
Menurut Eisha, banyak perusahaan startup yang memang tumbuh dan berkembang dengan cepat, tapi sangat rentan untuk jatuh ketika prospek ekonomi tidak mendukung bisnisnya.
Baca Juga: Daftar Panjang Badai PHK Perusahaan Startup Indonesia
“Mereka yang kurang bertahan akan keluar atau dalam bentuk efisiensinya bisa dalam bentuk mengurangi pekerjanya,” kata Eisha.
Tapi, jika dilihat secara makro, ancaman resesi bisa menjadi proses seleksi untuk melihat perusahaan yang memiliki manajemen bagus dan bertahan dengan yang tidak.
“Memang di awal kalau mereka masuk ke pasar, kemudian tumbuh di dalamnnya, tapi dalam jangka panjang perusahaan yang secara operasional baik, keuangan baik, pasarnya baik, permintannya baik itu yang bisa bertahan,” Jelasnya.