bakabar.com, JAKARTA – Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) buka suara soal sumbangan keluarga almarhum Akidi Tio yang mencapai Rp 2 triliun untuk membantu penanganan Covid-19.
Belum lama ini sosok keluarga pengusaha asal Aceh, almarhum (alm) Akidi Tio memang ramai menjadi perbincangan publik setelah memberikan bantuan dengan nilai fantastis.
Bantuan diberikan melalui jalur pribadi ke Kapolda Sumatera Selatan (Sumsel), Irjen Eko Indra Heri, pada Senin (26/7/2021), yang merupakan rekan dekat almarhum Akidi Tio.
Kepala PPATK Dian Ediana Rae mengatakan semestinya sumbangan seperti itu bisa dikoordinasikan dengan PPATK sebelum mempublikasikan aksi sosial ini.
“Untuk ke depannya menangani pemberian sumbangan seperti ini mestinya para pihak koordinasi dulu dengan PPATK sebelum mempublikasikan sumbangan-sumbangan seperti itu, kita kan bisa periksa dulu untuk memastikan kredibilitas setiap calon penyumbang dan menghindari spekulasi di masyarakat,” katanya dilansir dari CNBC Indonesia, Senin (2/8).
“Takutnya kalau tidak bisa terealisasi kan malah bisa mengganggu nama baik orang/lembaga yang terkait atau Pemerintah. Mudah-mudahan saja bisa terealisir ya,” katanya.
Sebelumnya, Ketua MPR Bambang Soesatyo dalam Instagramnya @bambang.soesatyo sudah menceritakan sosok pengusaha Akidi Tio. Dia menceritakan mendiang pengusaha yang memulai usaha kecap hingga akhirnya memiliki pabrik kecap di Palembang.
Selain itu, Akidi Tio juga punya kelenteng di 10 Ulu dan beberapa tempat di Palembang. Bamsoet juga mengungkap Akidi punya perusahaan Cipta Futura di Muara Enim.
“Akidi Tio juga pengusaha tambang batu dolomit yaitu batu pembuat pupuk,” kata dia.
Akidi disebut pernah bersumpah kepada keluarganya yang bernama Thong Ju, seorang China Palembang yang kaya raya di era Presiden Soekarno. Bamsoet mengatakan Akidi berjanji jika menjadi kaya, maka akan memberikan sumbangan kepada rakyat Palembang
“Ini terbukti, janjinya (ditepati) melalui wasiat anak cucunya,” jelas dia.
Tak hanya itu, Akidi Tio juga sering menyumbang dalam jumlah besar di Sumatera Selatan dan di beberapa wilayah di Indonesia ke panti asuhan yatim, orang cacat dan buta.
Sebelumnya Menteri BUMN periode Oktober 2011-Oktober 2014, Dahlan Iskan, mengungkapkan apa yang dilakukan keluarga pengusaha itu benar-benar “BUKAN main” dalam artikelnya. Dahlan sengaja memakai huruf kapital karena ingin menggambarkan betapa kagumnya dengan apa yang dilakukan keluarga pengusaha itu.
“Hanya itu yang bisa saya tulis. Kok ada orang menyumbang uang Rp 2 triliun. Orangnya tidak pernah dikenal. Sudah lama pula meninggal dunia,” kata pendiri Jawa Pos ini, dalam kolomnya di situs Disway.id, dikutip CNBC Indonesia.
Tapi pada intinya, Dahlan menilai di balik nama almarhum yang jarang disebut publik, apa yang dilakukan keluarga mendiang Tio adalah aksi yang luar biasa dan mencerminkan kerendahan hati.
“Berarti pengusaha ini memang luar biasa rendah hatinya. Low profil high profit. Dan yang seperti itu banyak sekali di lingkungan masyarakat Tionghoa. Saya punya banyak teman Tionghoa seperti itu. Sehari-hari hanya pakai sandal. Bajunya pun lusuh dan dari kain yang biasa-biasa saja. Namanya tidak pernah disebut di mana-mana. Tapi uangnya luar biasa banyaknya. Saya malu kalau pakai baju bagus di depan mereka,” kata Dahlan.