Tak Berkategori

Ponpes Yasin Angkat Bicara Soal “Rambut Rasulullah” yang Terbukti Palsu

apahabar.com, BANJARBARU – Pengurus dan pengajar di Pondok Pesantren Yasin Banjarbaru, akhirnya mau angkat bicara Minggu…

Featured-Image
Pengajar Ponpes Yasin Guntung Manggis Banjarbaru, Angkat bicara soal Rambut Rasulullah kepada apahabar.com, Minggu (27/1) siang. Foto-apahabar.com/Zepi Al Ayubi

bakabar.com, BANJARBARU - Pengurus dan pengajar di Pondok Pesantren Yasin Banjarbaru, akhirnya mau angkat bicara Minggu (27/1) siang, soal “Rambut Rasulullah” yang terbukti palsu.

Saat ditemui bakabar.com, tiga pengajar Ponpes Yasin Ustaz Fahrian, Ustaz Abdul Hakim, dan Ustaz Muhammad Imran mengakui, bahwa “Rambut Rasulullah” tersebut merupakan hadiah dari Ulama di Negara Brunei Darussalam, kepada Pimpinan Ponpes Yasin Banjarbaru, KH Ahmad Fahmi Zamzam.

“‘Rambut Rasulullah’ itu satu paket dengan ‘darah bekam Rasulullah’, yang merupakan hadiah dari Ustaz di Brunei Darussalam, kepada Abuya KH Ahmad Fahmi Zamzam secara pribadi. Karena beliau pimpinan Ponpes Yasin ini, jadi disimpan di dalam Ponpes,” ungkap mereka Minggu (27/1) siang.

Mereka menjelaskan, untuk menghindari fitnah dan sesuai kesepakatan. Diharapkan setelah ini selesai permasalahannya, tidak ada lagi pro dan kontra terkait “Rambut Rasulullah” tersebut. Maka rambut tersebut di kembalikan kepada pemiliknya di Brunei Darussalam.

Baca Juga:Dinilai Palsu, "Rambut Rasulullah" di Banjarbaru Langsung Dibakar

“Abuya KH Ahmad Fahmi Zamzam yang mengembalikan langsung ke Brunei Darussalam. Saat ini masih diperjalanan, informasinya masih berada di Kuala Lumpur Malaysia,” jelas mereka.

Mereka menjelaskan, “Rambut Rasulullah” tersebut sudah ada di Ponpes Yasin Guntung Manggis Banjarbaru sejak Agustus 2018.

“Sebelumnya juga sempat dibuka untuk masyarakat umum sejak bulan Desember 2018. Dengan tujuan 'tabarruk' atau mengambil berkah. Dengan imbalan 300 kali shalawat dan tidak menerima imbalan lainnya,” ungkapnya.

Dibuka setiap hari Jumat untuk jemaah laki-laki dan hari Senin untuk jemaah perempuan diawali dengan majelis.

“Harapan kami, dengan dikembalikannya “Rambut Rasulullah” tersebut, selesai permasalahannya. Tidak ada fitnah lagi, tidak ada pro dan kontra lagi ke depannya,” terang mereka.

Baca Juga:"Rambut Rasulullah" di Banjarbaru, Habib Zakaria Bahasyim: Dibakar untuk Pembuktian, Bukan Memusnahkan

Editor: Zepi Al Ayubi
Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner