Mencari Polisi Baik

Polisi Seniman Sape di Barito Kuala: Terinspirasi Heningnya Kuripan

Solo punya polisi anti-kesurupan. Di Barito Kuala, Kalimantan Selatan ada yang mahir bermain sape. Dia Aipda Mardandi.

Featured-Image
Aksi Aipda Mardandi dengan gitar sape seusai upacara peringatan Hari Bhayangkara ke-77 di Marabahan. Foto: Dokpim Batola

bakabar.com, BARITO KUALA - Solo punya polisi anti-kesurupan. Di Barito Kuala, Kalimantan Selatan ada yang mahir bermain sape. Dia Aipda Mardandi.

Sape adalah alat musik khas Suku Dayak. Bentuknya mirip seperti gitar. Mardandi sudah menguasai permainannya sejak lama.

"Saya mulai mengenal sape sejak 2008. Ketika bertugas di Polsek Kuripan. Kemudian saya meminta teman untuk dibuatkan sape dari kayu kelampan," ungkapnya kepada bakabar.com.

Mardandi memang lahir dari keluarga Dayak Bakumpai. Suku mayoritas yang mendiami sepanjang tepian aliran sungai Barito.

Ia tumbuh dan berkembang di Kelurahan Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan, Barito Kuala. Saat ini Mardandi bertugas sebagai Bhabinkamtibmas di Polsek Bakumpai.

Baca Juga: Unik Aiptu Hendriawan: Polisi Anti-Kesurupan

Meski sudah lama mengenal sape, Mardandi awalnya tak begitu mahir. Hingga akhirnya ia termotivasi untuk belajar. Ketika itu masih bertugas di Kuripan.

Suatu malam, ia terinspirasi suasana hening di Kuripan. Kala itu aliran listrik padam. Yang terdengar hanya suara binatang.

"Kemudian saya mencoba memainkan sape, sembari menidurkan anak. Awalnya teknik bermain sape hanya meraba-raba. Sampai beberapa tahun kemudian, saya mencoba mengulik di YouTube," jelas Mardandi.

"Akhirnya saya menemukan video-video Uyau Moris. Melalui YouTube juga, saya akhirnya mendapatkan nomor telepon Uyau Moris," imbuh ayah empat anak ini.

Belajar Intens dengan Uyau Moris

Uyau Moris adalah musisi kelahiran Kalimantan Utara. Dialah yang kembali memopulerkan sape. Bahkan warga Dayak Kenyah itu berhasil membawa alat musik tradisional ke Eropa dan Amerika Selatan.

"Setelah memperoleh nomor kontak Uyau Moris, saya mulai intensif belajar. Saya juga meminta kepada Uyau Moris untuk dibuatkan sape," beber Mardandi.

Dialiri darah seni dari sang ayah, Mardandi memiliki bakat memainkan alat musik. Sejak masih kecil, mereka kerap diperdengarkan alunan panting (musik khas Banjar).

Kapolres Batola AKBP Diaz Sasongko dan Forkopimda Batola bersama pengisi kesenian tradisional dalam upacara peringatan Hari Bhayangkara ke-77. Foto: Humas Polres Batola
Kapolres Batola AKBP Diaz Sasongko dan Forkopimda Batola bersama pengisi kesenian tradisional dalam upacara peringatan Hari Bhayangkara ke-77. Foto: Humas Polres Batola

"Saya dari tujuh bersaudara. Biasanya malam hari setelah pulang dari sawah, ayah bermain panting di rumah. Lambat laun kami pun mulai belajar memainkan panting," ceritanya.

"Kami juga mempelajari gitar dan alat musik lain secara otodidak. Kalau semuanya kumpul di rumah, kami kerap bermain bersama," kenangnya.

Aktif Bermusik di Sekolah

Setelah memiliki kemampuan dasar memainkan panting di rumah, bakat Mardandi semakin terasah saat bersekolah di SMAN 1 Marabahan.

Diinisiasi guru kesenian, grup panting SMAN 1 Marabahan beberapa kali diundang mengisi berbagai acara. Terutama resepsi perkawinan.

"Selain memainkan alat musik, saya biasanya juga diminta menyanyi bersama grup panting di SMAN 1 Marabahan," katanya.

Kemampuan memainkan panting dan gitar, ikut mempengaruhi Mardandi dalam memperdalam sape. Sekalipun ketiga alat musik petik ini punya beberapa perbedaan.

Seperti perbedaan bentuk dan bobot, suara yang dihasilkan, cara memainkan, serta letak tangga nada maupun notasi.

Baca Juga: Hoegeng di Tanah Banjar: Polisi Eddy yang Humanis

Berbeda dengan gitar, sape hanya memiliki separuh garis fret untuk membedakan notasi. Alat musik ini juga dimainkan dengan cukup banyak teknik slide.

Teknik tersebut bertujuan membuat efek glissando dan vibrato yang mencerminkan karakteristik suara nyanyian manusia.

Diperlukan ketenangan untuk menghasilkan nada. Kemudian keluwesan dan kelincahan jari-jari juga menjadi faktor penting dalam memainkan instrumen ini.

"Kalau sudah sudah tenang dan menyatu dengan sape, tangan seolah-olah bergerak sendiri mencari nada," ungkap Mardandi.

"Sementara kalau mengiringi lagu, hal terpenting adalah hapal lirik atau notasi. Kalau bisa fokus, tidak butuh waktu lama untuk mengulik lagu," sambungnya.

Penampilan Istimewa

Kemampuan Mardandi dalam memainkan sape akhirnya tersiar di Polres Batola. Pria berusia 42 tahun ini pun langsung didapuk mengisi acara peresmian bedah rumah di Anjir Pasar, 19 Juni 2023 lalu.

Penampilannya istimewa. Karena langsung disaksikan Kapolda Kalsel Irjen Pol Andi Rian Djajadi. Terntu saja beserta sejumlah pejabat utama di Polda Kalsel.

Kemudian dalam puncak peringatan Hari Bhayangkara 77 di Marabahan, Mardandi kembali unjuk kemampuan. Ia mengiringi penampilan Sanggar Tari Polres Batola.

Baca Juga: Polisi Shomad: Si Santri Pemberantas Koruptor dari Kotabaru

Mardandi pun terlibat penuh dalam Sanggar Tari Polres Batola itu. Ia menjadi penata tari dan musik.

"Saya sangat bersyukur mendapat dukungan penuh dari Kapolres AKBP Diaz Sasongko, serta keluarga besar Polres Batola untuk melestarikan kearifan budaya lokal," ungkapnya.

"Insyaallah kalau rumah selesai direnovasi, saya bercita-cita mendirikan sanggar seni musik tradisional dan bela diri kuntau," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner