bakabar.com, JAKARTA - Di era transisi energi ini, peluang green jobs dapat dikembangkan dengan cara merancang kebijakan yang ramah lingkungan untuk masyarakat. Bahkan sudah banyak Kepala daerah yang memiliki Rencana Umum Energi Daerah (RUED).
"Sebetulnya, green jobs ini bukanlah perihal baru. Indonesia pernah mengupayakan penyebaran green jobs melalui sejumlah pelatihan dan kebijakan, meskipun belum optimal," kata Policy and Advocay Associate New Energy Nexus Indonesia, Enda Grimonia, di Jakarta, dikutip Rabu (29/11).
Beberapa pekerjaan di Indonesia yang mendukung sektor green jobs di antaranya ecopreneur, eco designer, arsitek, eco fashionpreneur, electric car technician, energy startup, organic foodpreneur, solar panel technician, urban farmer, dan waste management startup.
"Tetapi, pekerjaan selain yang saya sebutkan di atas juga masih bisa berpeluang berkontribusi di sektor green jobs. Pekerjaan itu seperti content creator, digital marketer, dosen dan researcher, environmental lawyer, dan masih banyak lagi," jelas dia.
Baca Juga: Airlangga: Iklim Industri Kendaraan Listrik di Indonesia Meningkat
Namun naasnya, banyak daerah yang seringkali tidak dapat merealisasikan RUED-nya karena terhahalang oleh PLN setempat. Dia mengatakan hal itu karena penerapan RUED seringkali tidak menguntungkan PLN.
Sedangkan penerapan RUED dapat berpeluang menghasilkan jumlah kapasitas tenaga kerja yang besar jika dibandingkan dengan energi fosil. Yakni 51,6 persen atau setara 20,9 GW, menciptakan lebih dari 140 ribu tenaga kerja.
"Sedangkan untuk energi fosil, hanya 48,4 persen setara 10.6 GW menciptakan 10 ribu tenaga kerja," terang dia.
Baca Juga: Menanti Peran UMKM Perkuat Ekosistem Motor Listrik Lokal
Dia menjelaskan, salah satu RUED yang sedang masif dikembangkan di daerah, yakni terkait penggunaan listrik bertenaga surya, dalam hal ini adalah PLTS atap yang saat ini sering tertahan oleh PLN
"Jadi teman-teman pelaku PLTS atau Start-up ini biasanya menggunakan izin ke ESDM kedua ke PLN. Tapi rata-rata kalo yang dari PLN-nya nahan, nanti dulu, karena enggak cuan," ungkap dia.
Dia menceritakan, pihaknya sering melakukan intervensi program ke daerah untuk mengembangkan PLTS atap berbasis on grid atau transisi energi PLN.
Baca Juga: Keren! Akhirnya Motor Listrik Asal Indonesia Dipasarkan di Malaysia
Di tahun ini saja kata dia pihaknya sudah mendatangi lima daerah dari lima provinsi. Tapi dari kelima daerah tersebut beberapa di antaranya tertahan karena PLN.
"Enggak semuanya nahan, Tapi kebanyakan (PLN) daerah tidak mengeluarkan (izin) secara formal. Kayak misalnya dipanggil terus dibilang untuk tidak boleh pasang, itu ada juga," tandas dia.
Sebagai informasi ada dua metode dalam melakukan pengembangan PLTS atap, pertama adalah off grid yakni dengan menggunakan baterai, Kedua adalah on grid dengan menggunakan transisi PLN.