bakabar.com, JAKARTA - Pertandingan Derby Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Sabtu kemarin jadi momen terakhir kebersamaan Sulastri (50) dengan suaminya Ahmad Wahyudi (40). Sulastri sempat bergandengan tangan dengan suaminya di tribun 12 sebelum dia jatuh pingsan terinjak-injak suporter lain yang panik karena gas air mata.
"Kami mau pulang. Mau sampai tangga sudah ada gas air mata di depan kami, di Tribun 12. Waktu mau turun aku pegangan sama suami. Tapi lepas. Terus saya sudah nggak ingat apa-apa lagi. Sudah pingsan saya," ujar Sulastri di Kantor Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, dilansir detikJatim, Senin (3/10/2022).
Sulastri menjadi satu dari sejumlah korban tragedi terburuk sepak bola nasional yang menerima bantuan dari Kementerian Sosial. Saat kembali menceritakan momen itu kepada wartawan, Sulastri tak kuasa menahan air mata.
Ternyata malam itulah momen terakhir dirinya menggandeng tangan suaminya. Kini Ahmad Wahyudi telah tiada. Pria itu menjadi 1 dari 125 korban tewas Tragedi Kanjuruhan yang sangat memilukan.
"Iya nggak nyangka, itu (pertemuan) terakhir dengan bapak," kata Sulastri.
Selain momen menggandeng tangan suaminya untuk terakhir kalinya itu, Sulastri hanya mengingat bahwa dirinya hanya mengingat selama beberapa menit matanya menjadi perih dan dadanya sesak akibat gas air mata sebelum akhirnya pingsan.
Sementara itu, berbeda dengan pemerintah yang menyebut korban tragedi Kanjuruhan berjumlah 125 orang, kelompok suporter Arema, Aremania, memperkirakan jumlah korban jiwa lebih dari yang diperkirakan pemerintah.
Salah satu perwakilan Aremania Dadang Indarto mengatakan dari temuan awal yang dimiliki organisasinya, jumlah korban meninggal dunia tragedi Stadion Kanjuruhan bisa lebih dari 200 orang.
"Kalau data yang dikeluarkan pemerintah sekarang 125 korban meninggal dunia, kami memperkirakan itu lebih. Kalau mejurut perkiraan kami di atas 200," kata Dadang di Malang, Senin (3/10).