bakabar.com, SURABAYA – Perseteruan Samsudin Jadab alias Gus Samsudin dengan Pesulap Merah atau Marcel Radhival, berujung pelaporan ke Polda Jawa Timur, Rabu (3/8).
Diwakili Teguh Puji Wahono sebagai kuasa hukum, Samsudin menganggap Pesulap Merah telah mencemarkan nama baik di YouTube dan dituduh melakukan ujaran kebencian.
“Kami melaporkan Marcel dengan tindak pidana pencemaran nama baik dan ujaran kebencian,” papar Teguh Puji Wahono seperti dilansir CNN.
“Semua yang disampaikan melalui YouTube merupakan penggiringan opini bahwa pengobatan yang dilakukan Samsudin hanya sulap atau trik,” imbuhnya.
Samsudin melaporkan Marcel dengan Pasal 27 ayat (3) dan 28 ayat (2) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Dalam laporan tersebut, kuasa hukum Samsudin membawa barang bukti video diduga berisi pencemaran nama baik yang dibuat Pesulap Merah.
“Kami sudah mediasi, tapi Marcel bersikukuh lebih benar. Makanya kami melakukan proses secara hukum,” tegas Teguh.
Praktisi Supranatural
Sebagaimana diketahui Samsudin memiliki Padepokan Nur Dzat Sejati di Desa Rejowinangun, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Samsudin membuka layanan pengobatan santet dan pembersihan rumah, serta mengklaim cara pengobatan yang digunakan secara religi dengan Ilmu Kulhugeni.
Melalui kanal YouTube Padepokan Nur Dzat Sejati, Samsudin mengklaim pernah mendalami ilmu agama di Pondok Condro Mowo di Giri Mulyo, Jogo Rogo, Kota Ngawi.
Belakangan sejumlah aktivitas pengobatan yang dilakukan Samsudin, dibongkar oleh Pesulap Merah melalui kanal YouTube pribadi.
Salah satu yang dibongkar Pesulap Merah adalah ilmu tenaga api Samsudin. Demikian pula keris petir Samsudin yang disebut Pesulap Merah hanya senjata mainan.
“Pembongkaran ini dilakukan agar masyarakat tidak dibodohi, sehingga bisa memahami seni dunia hiburan yang sebenarnya,” papar Pesulap Merah.
“Apalagi trik-trik seperti itu seolah-olah menjadi keajaiban, karena diimbuhi dengan mantra-mantra ayat Al-Qur’an,” tandasnya.
Semenjak Pesulap Merah hadir dan membongkar trik pengobatan yang dilakukan Samsudin, muncul pro dan kotra di kalangan masyarakat sekitar.
Lantas sejumlah warga melakukan aksi untuk mendesak penutupan Padepokan Nur Dzat Sejati, Minggu (31/7). Meski belum permanen, padepokan ini akhirnya ditutup untuk umum.
Sentilan NU
Meski tidak langsung turun tangan, Nahdlatul Ulama (NU) mengimbau agar masyarakat tak mudah tertipu dengan jubah dan serban yang dikenakan Samsudin.
“Memang doa-doa itu bermanfaat. Tapi kalau yang bersifat konten dan pamer, itu jelas sulap,” tegas Ketua PBNU, Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur, seperti dilansir NU Online, Selasa (2/8).
“Tidak mungkin kiai seperti itu. Seorang kiai justru sembunyi. Kiai tidak mau mempertontonkan yang seperti itu karena takut riya,” tegasnya.
Gus Fahrur juga mengajak masyarakat bisa membedakan kiai dan dukun, sekaligus memastikan aksi yang dilakukan Samsudin berbeda dengan sikap kiai ahli hikmah.
“Itu jelas konten. Orang tidak bisa mengaji hanya karena memakai jubah. Kalau dia kiai, mengajar di pesantren, salat lima waktu dan haji bagus, baru bisa dipercaya kalau berdoa manjur,” papar Gus Fahrur.
“Namun kalau orang itu tidak salat, tidak beribadah dan cuma bekerja membuat konten, sebaiknya jangan dipercaya,” tandasnya.