Histori

Perseteruan Korea Utara dan Selatan yang Tak Kunjung Usai

Korea Utara dan Korea Selatan tak selalu hidup berdampingan dengan damai. Ketegangan antara keduanya sudah melanggeng sedari lepas dari cengkraman Jepang

Featured-Image
Ilustrasi perseteruan Korea Utara dan Korea Selatan yang tak kunjung usai

Perang Korea di Masa Perang Dingin

Usai melawan Blok Poros pada masa Perang Dunia II, hubungan antara AS dan Uni Soviet pun merenggang. Hal ini dikarenakan perbedaan ideologi, di mana AS menganut paham Demokratis - Kapitalis, sedangkan Uni Soviet menganut paham Komunis - Sosialis.

Perbedaan ini berlanjut menjadi Perang Dingin yang ditandai dengan terbentuknya Blok Timur dan Blok Barat. Perang ini merupakan persaingan untuk menyebarkan ideologi kepada negara lain, memberi bantuan, membentuk koalisi, hingga bersaing dalam berbagai bidang.

Dalam hal ini, Korsel mengikuti paham yang dianut AS. Sementara Korut, mendapat dukungan dari Uni Soviet dengan paham komunisnya.

Korsel dan Korut pun masing-masing menjadi boneka AS dan Uni Soviet. Hingga akhirnya, tercetuslah Perang Korea, yang sebenarnya ditunggangi AS dan Uni Soviet, pada 25 Juni 1950. Perang ini berlangsung kurang lebih selama tiga tahun, tepatnya berakhir pada 27 Juli 1953.

Perang ini mulanya terjadi ketika pihak Korut yang didukung dan dipengaruhi oleh Uni Soviet beserta Tiongkok mulai menyerang Korsel yang didukung oleh AS dan PBB. Usai mendapat penyerangan sejak Juni hingga September 1950, Korsel pun menyerang balik negara tetangganya.

Perang Korea terus berlangsung, hingga pada Juli 1953, konflik ini diberhentikan sementara. Keputusan itu diperkuat melalui perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani pada 27 Juli 1953.

Perjanjian tersebut benar-benar membuat Perang Korea berhenti usai menewaskan dua juta korban jiwa. Kendati tak lagi melancarkan serangan fisik, Semenanjung Korea tetap terbagi menjadi dua.

Perdamaian di Atas Hitam Putih yang Masih 'Abu-abu'

Perjanjian gencatan senjata yang dibuat pada 1953 sebenarnya merupakan kesepakatan perdamaian sementara. Sampai sekarang, belum ada perjanjian tertulis jelas mengenai kesepakatan perdamaian antara kedua negara ini.

Hubungan antara Korut dan Korsel cenderung naik turun, mengingat adanya keterlibatan masalah pertemanan dengan negara lain dan nuklir. Contohnya, pada 2018, Pemimpin Kim Jong-Un dan Presiden Moon Jae-in sudah melakukan beberapa pertemuan.

Pertemuan tersebut dalam rangka membicarakan kemungkinan untuk ‘kembali menumbuhkan kepercayaan dan mengembalikan perdamaian’ di antara dua negara.

Namun, pada 2020, saluran hotline Korsel dan Korut sempat terputus karena jalur komunikasi tersebut diputus oleh Pyongyang. Jalur komunikasi ini kemudian kembali diaktifkan oleh kedua belah pihak dengan tujuan untuk meningkatkan hubungan pada 2021.

Editor


Komentar
Banner
Banner