bakabar.com, JAKARTA - Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengingatkan kinerja sektor ekspor atau hubungan perdagangan luar negeri belum signifikan.
Meski begitu, permintaan domestik setelah pandemi Covid-19 menunjukan tren pemulihan di tengah kondisi ketidakpastian global.
"Yang paling utama harus diupayakan oleh pemerintah adalah bagaimana menjaga momentum pulihnya permintaan domestik pascapandemi," kata Direktur Riset CORE, Piter Abdullah seperti dilansir Antara, Jumat (10/11).
Baca Juga: INDEF Minta Pemerintah Prioritaskan Pembangunan Pertanian
Karena itu, kata Piter, pemerintah perlu menjaga momentum pulihnya permintaan domestik. Caranya, pemerintah perlu menghindari gonjangan kebijakan seperti menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) laju perekonomian Indonesia Triwulan III-2023 tetap tumbuh di angka 4,94 persen secara year of year (YoY).
Capaian tersebut mengalami keterlambatan dibandingkan pada Triwulan sebelumnya sebesar 5,17 persen (YoY).
Baca Juga: Pilu Pedagang Beras di Jakarta, Dua Bulan Harga Tak Kunjung Turun
Pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat di Triwulan III-2023 ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 5,06 persen (yoy), seiring dengan kenaikan mobilitas yang terus berlanjut, daya beli masyarakat yang stabil, serta keyakinan konsumen yang masih tinggi.
Ke depan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan didukung oleh permintaan domestik, baik konsumsi swasta dan pemerintah, maupun investasi.
Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2023 tetap pada kisaran 4,5 sampai 5,3 persen.