bakabar.com, JAKARTA - Bertepatan dengan hari meninggalnya Munir Said Thalib, Komnas HAM resmi membentuk tim adhoc pada tanggal 7 september 2022. Tim ini bertugas mengusut dugaan pelanggaran HAM berat di kasus kematian aktivis Munir.
Dalam penentuan kasus Munir sebagai pelanggaran HAM berat nyatanya masih akan menunggu rapat paripurna digelar tim adhoc tersebut. Lantas siapakah sosok Munir said Thalib ini?
Mengenal siapa Munir Said Thalib
Munir Said Thalib atau kerap dikenal dengan nama Munir, merupakan seorang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia lahir pada tanggal 8 Desember 1965.
Lahir dan tumbuh di kota Malang, Munir lantas menempuh pendidikannya di universitas Brawijaya, Malang. Sebagai mahasiswa hukum dirinya mulai aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan, salah satunya di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Sejak dahulu munir dikenal sebagai seorang mencurahkan hidupnya untuk memperjuangkan hak asasi manusia, bahkan berani menyuarakan HAM secara lantang.
Pada tahun 1988, pejuang HAM tersebut merupakan salah satu pendiri Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) pada tahun 1998 lalu.
Lembaga KontraS diketahui bergerak di bidang HAM Indonesia, terutama untuk kasus penghilangan paksa maupun berbagai pelanggaran HAM yang terjadi.
Sebagai seorang aktivis HAM, Munir Said Thalib kerap ikut menangani kasus penghilangan maupun penculikan aktivis HAM tahun 1997 hingga 1998 lalu. Dan beberapa kasus pelanggaran HAM lainnya yang terjadi di Indonesia.
Dia juga pernah menjadi penasihat hukum keluarga korban tragedi Tanjung Priok 1984 . Selain itu, Munir juga pernah menangani kasus Araujo yang dituduh sebagai pemberontak yang melawan pemerintah Indonesia untuk memerdekakan Timor Timur pada 1992.
Namun, disetiap langkahnya dalam memperjuangkan HAM, Munir tentunya menemukan beberapa tantangan dan konsekuensi tersendiri.
Pada bulan Agustus 2003 lalu dirinya sempat mendapat Munir pernah mendapat teror bom meledak di pekarangan rumahnya di Jakarta.
Kemudian pada tahun 2004 tepatnya tanggal 7 september ketika sedang menuju Amsterdam untuk melanjutkan kuliah pascasarjana, Munir ditemukan meninggal dunia. Berdasarkan otopsi yang dilakukan oleh otoritas Belanda, Munir dinyatakan meninggal karena diracun arsenik.
Malangnya nasib Munir, padahal saat itu dirinya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi pasca sarjana mengenai hukum di Utrecht, Belanda selama satu tahun.
Berangkat dengan pesawat Garuda Indonesia. Dalam perjalanan menuju Amsterdam, tiba-tiba Munir merasa sakit perut setelah menenggak segelas jus jeruk.
Munir sempat beberapa kali ke toilet dan terlihat seperti orang sakit. Dirinya sempat mendapat pertolongan dari penumpang yang kebetulan berprofesi sebagai dokter sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
Atas peristiwa tersebut, Polisi menetapkan pilot Garuda, Pollycarpus Budihari Priyanto sebagai tersangka.Selain itu, Polisi juga menetapkan Muchdi Prawiro Pranjono sebagai tersangka. Kala itu dia menjabat sebagai Deputi V BIN/Penggalangan.
Berdasarkan keterangan dari Suciwati istri dari almahrum aktivis Munir, sampai saat ini kasus tersebut masih menjadi tanda tanya. Pasalnya pelaku utama dalam kasus pembunuhan suaminya tersebut belum diadili secara adil-adilnya.
"Mengenai fakta dalang dibalik tewasnya Munir, hingga saat ini masih belum diadili. Maka itu, dengan dibentuknya Tim AdHoc oleh Komnas HAM merupakan sebuah harapan baru baginya." Kata Suciwati kepada bakabar.com, Jakarta, Jumat (16/9).
Padahal nama Munir kerap menjadi bahan jualan kampanye. Para Capres termasuk Jokowi berjanji akan menuntaskan kasusnya.
"Itukan jelas ya kebohongan yang sudah diberikan dari masa SBY, kemudian di masa SBY kan sebagai pemangku pemerintahan itu kan otomatis nah itu jokowi malah lempar-lempar, enggak mau tanggung jawab," lanjut Suciwati. (Leni)