News

Pengusaha Truk Bilang Begini Biar Rem Blong Tidak Terulang Kembali

apahabar.com, JAKARTA – Masih segar dalam ingatan peristiwa kecelakaan maut truk tangki Pertamina yang terjadi di…

Featured-Image
TKP kecelakaan truk Pertamina di jalan Transyogi, Cibubur. Foto: Detik.com

bakabar.com, JAKARTA – Masih segar dalam ingatan peristiwa kecelakaan maut truk tangki Pertamina yang terjadi di daerah Cibubur, Kota Bekasi, Jawa Barat pada hari Senin (18/7) lalu.

Kecelakaan yang disinyalir karena rem blong pada truk tersebut mengundang banyak pendapat dari pakar keselamatan, tokoh masyarakat, bahkan para pengusaha truk.

Seperti diungkapkan oleh Kyatmaja Lookman, pengusaha truk angkutan yang menjabat Ketua Umum Keamanan dan Keselamatan Indonesia (Kamselindo).

Pria yang biasa dipanggil Kyatmaja itu menyuarakan pendapatnya terkait kecelakaan yang menelan korban jiwa sebanyak 10 orang tersebut.

"Banyak faktor yang berkontribusi ke kejadian beberapa waktu lalu itu. Pertama, masalah jalannya, posisi lampu merah yang berada pada turunan. Kedua, dalam berkendara ada beberapa faktor kendaraan, sistem manajemennya dan pengemudinya,” ujar Kyatmaja saat dihubungi bakabar.com, Rabu (27/7).

Untuk itu, ia yang juga menjadi bagian dalam keselamatan jalan pun terus mengingatkan, bahwa kendaraan harus selalu melakukan uji berkala setahun dua kali.

Ini dilakukan agar kendaraan tersebut layak untuk digunakan atau beroperasi. Menurutnya manajemen perusahaan lah yang harus menjalankan sistem keselamatan berkendara.

“Perusahaan dapat melaksanakan sistem manajemen keselamatan yang berada di Permenhub 85 tahun 2018 tentang sistem manajemen keselamatan,” katanya

Mantan Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) ini menyebut, isi dari Peraturan Menteri itu dinilai cukup bagus.

“Ini (Permenhub) bisa diikuti agar perusahaan tersebut memiliki sistem manajemen perusahaan yang lebih mengutamakan keselamatan,” tandasnya.

Faktor utama dalam keselamatan berkendara lainnya adalah pengemudinya, di mana mereka perlu ditingkatkan kompetensinya, karena SIM hanya merupakan bagian standar minimalnya.

“Kalau semua atau salah satu sudah dilakukan, ya bagus. Tetapi untuk (faktor) yang kurang, harus lebih diperhatikan lagi,” tutupnya.

(Adit)



Komentar
Banner
Banner