Wisata Sejarah

Pemkot Depok Bangun Wisata Sejarah Melalui Kerjasama dengan Belanda

Pemkot Depok melalui Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono, membangun kerja sama dengan belanda untuk mengembangkan wisata sejarah di kawasan Depok Lama.

Featured-Image
(Dari kiri ke kanan) Ketua DPRD Depok TM Yusufsyah Putra, Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono, Duta Besar Belanda Lambert Grijns, peneliti UI Prof Kemas Ridwan, Prof Hery Fuad, dan Masyuri Kurniawan berfoto bersama. Foto: Antara

bakabar.com, JAKARTA – Pemerintah kota (Pemkot) Depok melalui Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono, membangun kerja sama dengan belanda untuk mengembangkan wisata sejarah di kawasan Depok Lama.

Duta Besar Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns menyatakan pihaknya ingin berkolaborasi dengan Pemkot Depok, untuk menggali potensi wisata sejarah di kawasan tersebut.

"Saya sudah dua kali mengunjungi Kota Depok, suatu kehormatan yang besar karena Belanda dan Depok ada hubungan yang kuat terhadap peninggalan sejarah," katanya dilansir Antara, Minggu (27/11).

Baca Juga: BI: Aliran Modal Asing Masuk dalam Sepekan Capai Rp11,71 Triliun

Ia juga mengajak sektor wisata, akademisi, dan masyarakat untuk bersinergi bersama dalam mengembangkan potensi wisata sejarah di Depok.

"Kami ingin semuanya punya peran agar peninggalan sejarah bisa lebih menarik," ujar Dubes yang lahir di Kota Bogor, Jawa Barat, pada 1962, dan fasih berbahasa Indonesia tersebut.

Harapannya rencana ini dapat terealisasi, sehingga masyarakat di Kota Depok dapat bangga karena memiliki tempat khusus yang dapat dimanfaatkan untuk wisata sejarah Belanda.

Baca Juga: Otorita: Spanyol dan Finlandia Berminat Kerja Sama Bangun IKN

Duta Besar Grijns yang didampingi Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono mengunjungi Rumah Cimanggis yang merupakan rumah asli peninggalan Belanda.

Imam Budi mengatakan pengembangan kawasan Depok Lama akan dilakukan melalui kolaborasi, revitalisasi, elaborasi sister city antara Kota Depok dan kota di Belanda, hingga penyelenggaraan Festival Budaya Belanda di Depok, yang mengadopsi kegiatan Festival Drama Depokkers (A Colonial Tale Unravels) di Belanda.

Menurut dia, dalam merealisasikan peningkatan peninggalan sejarah Belanda, perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik komunitas, akademisi, unsur masyarakat serta media massa.

"Untuk peningkatan potensi sejarah Belanda ini, tentunya butuh bantuan semua pihak agar keberadaannya dapat terus dikenal dan terjaga," katanya.

Baca Juga: Airlangga: Kewirausahaan Digital Kunci Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi

Imam Budi menambahkan sejumlah peninggalan sejarah Belanda di Kota Depok dan menjadi peradaban di antaranya Stasiun Depok Lama, bangunan di sekitar Jalan Pemuda, serta Rumah Cimanggis.

Selain itu, juga ada beberapa heritage lainnya berupa hutan raya, 23 situ, dan tiga sungai besar.

Ketua DPRD Depok TM Yusufsyah Putra mendukung pengembangan kota bersejarah Depok.

Perhatian dan kesungguhan yang ditunjukkan Pemerintah Kota bersama komunitas dan warganya dalam menjaga dan mengembangkan heritage terutama Rumah Cimanggis dan Kawasan Depok Lama patut diapresiasi.

Baca Juga: Relawan Jokowi: Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi Signifikan

Sementara itu, ahli sejarah Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) Boy Loen menyatakan optimistis atas inisiatif Pemerintah Kota dan DPRD Depok untuk berkolaborasi bersama kalangan kampus dari UI, UIII, IPB, Trisakti, hingga alumni Rotterdam Belanda untuk ambil bagian dalam penelitian dan pengembangan potensi heritage di kawasan Depok Lama.

Sebagai generasi ke-8 Kaoem Depok atau yang familiar dipanggil "Belanda Depok" dari marga Loen, Boy Loen (72) mengatakan Belanda Depok dalam sejarahnya memiliki tanah luas dan menjadi orang yang berada, karena mewarisi berbagai aset Cornelis Chastelein yang di abad ke-17 merupakan tuan tanah kaya raya dan baik di zamannya.

Baca Juga: Ramai PHK Startup, Indef: Prospek ke Depan Gelap

Namun seiring berjalannya waktu, ada kondisi-kondisi yang menyebabkan beberapa aset sejarah tersebut punah atau beralih kepemilikan karena dijual pemilik aslinya.

Hal ini berpotensi hilangnya nilai-nilai atau aset sejarah yang jadi bagian dari salah satu identitas kawasan.

"Semoga inisiatif yang baik dari pemkot dan para peneliti UI ini dapat terwujud setahap demi setahap dan dapat dukungan konstruktif dari semua pemangku kepentingan," katanya.

Editor
Komentar
Banner
Banner