bakabar.com, JAKARTA – Harga batu bara melesat pada perdagangan pekan ini. Harga si batu hitam terkini sudah berada di level US$ 95/ton.
Sepanjang pekan ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) melesat 1,6% ke level US$ 95,4/ton secara point-to-point.
Namun, setelah berhasil menyentuh level US$ 95/ton, volatilitas harga si batu hitam tak setajam sebelumnya.
Melansir CNBC Indonesia pada penutupan Jumat (26/3/2021), harga kontrak batu bara termal ICE Newcastle yang ramai ditransaksikan di bursa berjangka melemah 0,31%. Selama dua hari terakhir, penguatan harga batu bara cenderung tipis-tipis dan hanya bertahan di level US$ 95/ton.
Sebelumnya harga batu bara sempat tembus level tertingginya dalam dua tahun terakhir yakni US$ 98,4/ton pada 22 Maret lalu.
Setelah itu harga batu bara merosot tajam tetapi berhasil bertahan di level sekarang. Apabila penguatan ini tetap dipertahankan maka harga batu bara berpeluang menuju US$ 100/ton.
Dalam riset BRI Danareksa Sekuritas, harga batu bara untuk tahun 2021 diperkirakan bakal lebih tinggi di tahun 2021 ini. Harga si batu hitam diramal bakal berada di rentang US$ 70 – US$ 80 per ton seiring dengan adanya pemulihan ekonomi global.
Impor batu bara termal India diperkirakan akan meningkat 12,2% (year-on-year/yoy) pada tahun 2021 didukung oleh pemulihan aktivitas industri di negara tersebut.
Selain itu dalam laporan tersebut BRI Danareksa Sekuritas percaya bahwa larangan impor batu bara Australia oleh China sejak kuartal terakhir tahun lalu akan menguntungkan harga batu bara Indonesia.
Pada periode 10 bulan pertama tahun lalu impor batu bara termal China dari Australia menyumbang sekitar 22,9% dari total impor batu bara termal China.
Terakhir, hujan deras yang disebabkan oleh fenomena iklim La-Nina diperkirakan akan semakin memperketat produksi batu bara di Indonesia pada tahun 2021.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan pertumbuhan yang datar pada produksi batu bara Indonesia sebesar 550 juta ton untuk tahun 2021 tergantung pada pemulihan lebih lanjut di pertumbuhan ekonomi global.
Untuk jangka panjang permintaan batu bara akan ditopang oleh permintaan dari kawasan Asia Tenggara. Secara khusus, permintaan batu bara akan didorong oleh pembangkit listrik berbasis batu bara yang akan dibangun di Vietnam dan Indonesia.