bakabar.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, mengatakan sektor Industri Kecil dan Menengah (IKM) makanan dan minuman menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal tersebut karena peranan IKM makanan dan minuman menjadi kontributor terbesar dari sektor industri pengolahan non migas.
Diketahui pada Triwulan I tahun 2022, sektor IKM makanan dan minuman menyumbang 37,77 persen dari total nilai Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai industri non migas. Jumlah tersebut setara sebesar 6,55 persen dari total PDB nasional dengan kontribusi IKM makanan dan minuman yang berjumlah sebanyak 1,68 juta unit usaha, atau 38,27 persen dari total unit usaha IKM secara keseluruhan.
"Di samping itu IKM makanan dan minuman mampu meraup sekitar 3,89 juta tenaga kerja," ucapnya dalam acara Kick Off IFI 2022 dengan tema Promoting Suistainable Supy Chain and Addes Value Through Innovaiton to Serve the Dynamic Markets yang disiarkan di YouTube Kementerian Perindustrian RI, Senin (1/8).
Akan tetapi Reni menyoroti masih banyak permasalahan yang menjadi hambatan bagi kemajuan IKM. Beberapa hambatan yang tengah dihadapi oleh IKM seperti keterbatasan modal, manajemen yang belum profesional, belum terpenuhinya standar dan legalitas usaha, serta terbatasnya inovasi.
Adapun dari sisi eksternal, kata Reni, IKM makanan dan minuman juga dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam menjalankan usahanya. Di antaranya tantangan yang dimaksud seperti ketidakpastian pasokan bahan baku, kehadiran pesaing baru dan permintaan pasar yang sangat fluktuatif.
"Mengenai permintaan pasar, selain pasar dalam negeri yang jadi pasar utama, mengingat memang penduduk kita besar, era globalisasi ini telah membuka peluang IKM makanan dan minuman Indonesia untuk memasarkan produknya di level internasional," ungkap Reni.
Ia berharap untuk para IKM dapat melakukan adaptasi dan terus berinovasi dengan membaca tren kebutuhan pasar. Hal tersebut mencakup baik kebutuhan pasar dalam negeri maupun pasar ekspor di tengah permasalahan ketahanan pangan dan impor pangan dalam skala besar di Indonesia.(Resti)