Diskusi Orang Utan

Orang Tak Dikenal Coba Bubarkan Diskusi tentang Orang Utan di Tebet

Diskusi publik bertajuk 'Masa Depan Orang Utan Tapanuli dan Ekosistem Batang Toru' yang digelar Masyarakat Jurnalis Indonesia (SIEJ) sempat terhenti.

Featured-Image
NGO Satya Bumi menggelar diskusi bertajuk 'Masa Depan Orang Utan Tapanuli dan Ekosistem Barang Toru' di kawasan Tebet, Jakarta Selatan pada Kamis (9/3), pukul 10.00 WIB. Foto: SIEJ

bakabar.com, JAKARTA - Diskusi publik bertajuk 'Masa Depan Orang Utan Tapanuli dan Ekosistem Batang Toru' yang digelar Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SIEJ) sempat terhenti, saat sejumlah orang tak dikenal datang mengganggu jalannya acara.

Tanpa alasan yang jelas, mereka mencoba membubarkan paksa diskusi yang digelar di wilayah Tebet, Jakarta Selatan, pada Kamis (9/3) siang. Ketua Umum The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Joni Aswira yang hadir dalam diskusi itu mengatakan kejadian berlangsung sekitar pukul 10.30 WIB.

"Tiba-tiba 4 orang tak dikenal datang ke lokasi acara dan salah seorang di antaranya marah-marah dengan nada membentak meminta diskusi dibubarkan," ujarnya kepada bakabar.com.

Sempat ditenangkan oleh panitia, namun yang bersangkutan tetap berkeras agar diskusi tidak dilanjutkan dan melabrak kursi dengan emosi. "Salah seorang pria ini mengaku dari Salemba, Jakarta Pusat tanpa mau menjelaskan berasal dari lembaga mana," terang Joni.

Baca Juga: Dugaan Kejahatan Lingkungan di Bentang Batang Toru Terungkap

Ketegangan itu berlangsung sekitar 15 menit, dan akhirnya mulai mereda setelah panitia mengajak yang bersangkutan turun ke lantai bawah untuk berdiog dan panitia menjelaskan konteks acaranya.

"Pelaku sempat tidak terima, akhirnya panitia memanggil petugas keamanan. Hingga pukul 12 WIB siang diskusi tetap berlangsung," jelas Joni.

Diskusi orang utan Tapanuli ini merupakan respons atas liputan kolaborasi 5 media nasional beberapa waktu lalu yang mengangkat masalah ancaman PLTA pada bentang alam Batang Toru, Sumatera Utara.

Sejumlah permasalahan proyek diungkap dalam liputan kolaborasi tersebut. Selain ancaman terhadap kawasan dan habitat orang utan, PLTA juga dibangun di atas kawasan yang dinilai merupakan sesar bencana.

Baca Juga: Food Estate Kurang Berpihak pada Rakyat, Ancaman Kerusakan Lingkungan

Menurut Joni, sudah banyak kejadian bencana longsor yang menewaskan korban jiwa, termasuk para pekerja di kawasan tersebut. Selain itu, proyek PLTA yang diklaim untuk menghadirkan energi bersih ternyata menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan. Proyek tersebut dinilai berpotensi menimbulkan kerugian keuangan negara.

"SIEJ atau Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia menyayangkan tindakan pembubaran diskusi yang digelar Satya Bumi dan sejumlah CSO ini," kata Joni.

Joni menilai diskusi publik untuk merespon liputan kolaborasi media yang SIEJ inisiasi ini, seharusnya tidak disikapi dengan tindakan atau upaya pembubaran.

"Diskusi merupakan sebuah dialektika di alam demokrasi," tegasnya.

Baca Juga: Takkan Habis di Eksplorasi, Papua Hadirkan Wisata Berbasis Lingkungan

Joni menambahkan, bagi pihak yang tidak setuju, mestinya mengedepankan pendekatan dialog. Sebab kebebasan berpendapat dan berekspresi dilindungi oleh konstitusi.

Kalau pembubaran diskusi dibiarkan, kata Joni, hal ini akan mengancam demokrasi. "Pemerintah berkewajiban melindungi hak warga negaranya dalam berpendapat," tandasnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner