Opini Tokoh

[OPINI] Tak Ada yang Sepantas Basuki

Jika tolok ukurnya adalah kinerja, maka tak ada orang sepantas dirinya untuk memimpin republik ini. Dia, Basuki Hadimuljono.

Featured-Image
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. (Foto: dok. PUPR)

Saya pernah melihat tayangan peresmian infrastruktur. Dia tidak duduk di jajaran menteri yang sedang mengelilingi presiden. Dia memegang kamera dan jongkok bersama para fotografer. Dia sangat membumi.

Padahal, kalau dia mau, posisi duduknya lebih tinggi dari gubernur dan bupati. Dia harusnya duduk di jajaran pejabat, menerima kalungan bunga, juga diberi kesempatan untuk sambutan-sambutan.

Anehnya, dia tak suka sambutan. Saya jarang menyaksikan dirinya berbicara panjang dan cerita semua rencana-rencananya di layar kaca. Kalau dia diwawancarai, kalimatnya selalu ringkas. Dia tipe orang yang seakan ingin berkata “Jangan lihat ucapanku, lihat kerjaku.”

Publik tahu prestasinya. Salah satu yang melekat di benak publik adalah pembangunan tol trans Jawa yang menghubungkan Merak hingga Banyuwangi. Berkat kesuksesannya, dia dijuluki Daendels baru, seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintahkan pembangunan jalan dari Anyer ke Panarukan.

Baca Juga: Polisi Masih Bimbang Soal Motif Mayat Sekeluarga Kalideres

Saat perhelatan G20 yang menghadirkan pemimpin negara-neara terkaya, Basuki memilih penampilan seperti ajudan sembari membawa kamera. Dia tidak terlihat seperti Menteri yang sibuk menyambut kepala negara. Dia memilih untuk senyap, setelah kerja-kerjanya menyiapkan perhelatan itu kelar.

Padahal, dia adalah bagian dari Dream Team di kabinet Jokowi, bersama Retno Marsudi dan Sri Mulyani, yang sukses menggelar acara dan menghadirkan pemimpin dunia

Dia tetap tak ingin tampil di momen yang harusnya membuat dirinya terus benderang disorot kamera. Dia adalah Basuki yang memilih jadi orang biasa, yang menyorotkan cahaya kamera ke orang lain. 

Tahun 2024, Indonesia akan menghelat pemilihan presiden. Indonesia akan memilih putra terbaik bangsa yang akan membawa kemudi bangsa ini ke arah kesejateraan. Indonesia akan memilih nakhoda, sosok yang diharapkan punya integritas dan rekam jejak hebat untuk membawa bangsa ini melesat maju.

Baca Juga: Hasil Olah TKP Kalideres, Polisi Beber Temuan-Temuan Baru

Jika integritas rekam jejak yang menjadi patokan dalam menilai seseorang, maka Basuki harus ditempatkan di posisi puncak. Basuki ibarat permata bangsa yang berkilau karena kerja keras, bukan karena koneksi dan kedekatannya dengan pemimpin politik.

Jika rekam jejak yang jadi tolok ukur menilai seseorang, maka capres manapun akan minder jika disandingkan dengan kerja-kerja Basuki. Dia tak perlu menata kata, cukup meminta orang lain untuk berkeliling dan melihat sendiri seperti apa definisi kerja keras.

Namun, dalam sistem yang menjadikan partai politik sebagai pusat gravitasi politik, Basuki mungkin tak masuk hitungan. Negeri ini lebih suka melihat batu koral yang disepuh seolah permata, ketimbang intan mutiara yang kemilau di dasar lautan.

Baca Juga: KTT G20 Lahirkan Deklarasi Bali 2022

Jika kelak meninggalkan kementerian, dia merasa akan memiliki banyak waktu untuk menjalankan hobinya dalam bermusik. “Working hard, playing hard. Main band, main drum khususnya, itu bukan hanya hiburan buat saya tapi kayak olahraga buat saya,” tuturnya.

Basuki telah meninggalkan satu legacy berharga kepada seluruh anak bangsa. Dia menjadi teladan tentang sosok yang tidak sibuk menata kata, melainkan bekerja. Dia menjadi legenda yang kelak akan dikisahkan generasi mendatang tentang sosok pekerja, yang menolak untuk disanjung.

Dia menjadi satu kembang indah di taman persada negeri yang akan selalu menjadi “pusaka abadi dan jaya, selalu dipuja-puja bangsa.”

Editor


Komentar
Banner
Banner