Opini Tokoh

[OPINI] Tak Ada yang Sepantas Basuki

Jika tolok ukurnya adalah kinerja, maka tak ada orang sepantas dirinya untuk memimpin republik ini. Dia, Basuki Hadimuljono.

Featured-Image
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. (Foto: dok. PUPR)

bakabar.com, JAKARTA - Ada capres yang membanggakan stadion. Ada capres yang membanggakan jembatan penyeberangan, lalu merasa pantas berada di posisi puncak republik. Namun sosok satu ini benar lain dari yang lain. Dia bukan penata kata. Dia pekerja keras.

Dia tak pernah memamerkan apa yang dibangunnya. Hari-harinya adalah bekerja dan bekerja, tanpa melakukan lobi politik. Hasil kerjanya terbentang nyata dari Sabang sampai Merauke, pada jalan-jalan dan jembatan yang digunakan semua anak bangsa.

Dia pun menolak untuk tampil seperti pejabat. Dia tampil seperti pegawai biasa dengan keringat mengucur deras dan membasahi baju putihnya. Di acara resmi kenegaraan yang menghadirkan pemimpin dunia, dia hanya tampil bak fotografer yang menyandang kamera.

Jika tolok ukurnya adalah kinerja, maka tak ada orang sepantas dirinya untuk memimpin republik ini. Dia, Basuki Hadimuljono.

Baca Juga: (OPINI) Dagang Sapi Anies Baswedan dan Gibran Jokowi

Dia menjalani masa remaja yang terus bergerak mengikuti ayahnya, seorang anggota militer. Dia tumbuh di beberapa kota, mulai Palembang hingga Papua, lalu Surabaya. Setelah itu dia belajar di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dia pun menjalani karier sebagai pegawai negeri sipil di Kementerian PU. Kariernya terus menanjak hingga menduduki beberapa posisi penting di kementerian. Dia lalu melanjutkan studi magister hingga doktor di Colorado State University. Beberapa tahun setelah kembali ke tanah air, dia menjadi dirjen termuda di Kementerian PU.

“Waktu itu umur 48, di PU. Padahal waktu itu kan di PU banyak sekali para senior saya yang jago-jago, tapi Pak Menteri Alm. Pak Soenarno waktu itu menunjuk saya sebagai Dirjen Sumber Daya Air,” katanya dalam satu podcast.

Posisi ini tak membuat Basuki jumawa lalu abai dengan sekelilingnya. Nurani kemanusiaannya kian terasah saat mendapat tugas untuk menangani berbagai bencana di Indonesia. Jiwa kepemimpinannya kian matang saat harus menangani bencana yang membuat banyak orang kehilangan rumah hingga nyawa.

“Yang berkesan buat saya selain sebagai direktur jenderal termuda, saya ditunjuk pada saat adanya bencana-bencana, pasti sebagai tim atau ketua tim. Menangani disaster itu harus dengan love, dengan cinta. Apapun, mau kompetensi, mau macam-macam, tapi terakhir, love. Harus menangani disaster dengan love. Kalau enggak, pasti tewas kita,” ujarnya.

Baca Juga: [OPINI] Ketika Anies Terjebak Stigma ‘Pemain’ Politik Identitas

Pengalaman menghadapi bencana ini membuat dirinya selalu cepat mengeksekusi apapun keputusan. Dia tak pernah menunggu dan menunggu. Dia bergerak, menjalankan semua amanah, lalu membiarkan orang lain menilai karyanya.

Saat ditunjuk Presiden Jokowi menjadi Menteri PUPR, dia pun tetap menjadikan posisi itu sebagai ranah untuk bekerja. Dia tak punya waktu untuk ketemu banyak orang dan memamerkan apa yang dia lakukan. Dia memilih bekerja dalam senyap.

Dari semua anak buah Jokowi di periode pertama dan kedua, Basuki Hadimuljono adalah salah satu menteri favorit saya. Dia tipe yang tidak banyak ngomong. Dia juga figur yang tenang. Dia tidak punya ambisi politik.

Pernah, saya melihatnya makan di satu tempat makan di Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta. Dia duduk tenang di sudut, seorang diri. Tidak terlihat satu pun staf yang mendampinginya. Padahal di kampung saya, seorang kepala daerah selalu membawa “pasukan” dan “dayang-dayang” ke mana-mana.

Baca Juga: Amankan KTT G20, Polisi Booking Wanita, Lalu Tewas Ditikam

Basuki tidak pernah gila hormat. Dia tidak peduli disapa apa tidak oleh orang-orang. Saya yakin dia lebih suka tidak dikenali. Sebab dengan cara itu, dia bebas melakukan apa pun. Saat saya menyapa dan mengajaknya berfoto di bandara, wajahnya terlihat kurang nyaman.

Dia menuntaskan banyak hal. Sebagai Panglima Infrastruktur Indonesia, dia hadir di mana-mana. Dia muncul di peresmian jalan tol, pelabuhan, jembatan, hingga perumahan.

Selengkapnya di halaman kedua...

HALAMAN
12
Editor


Komentar
Banner
Banner