bakabar.com, JAKARTA – Pernahkah Anda mendengar cerita tentang Sangkuriang? Legenda masyarakat Sunda ini menuturkan kisah seorang pemuda yang jatuh cinta dengan ibu kandung sendiri.
Kisah serupa juga tercatat dalam mitologi Yunani. Adalah Oedipus Rex, seorang Raja Thebes, yang konon jatuh cinta pada ibu kandungnya, Laios, sampai-sampai tega membunuh ayahnya sendiri demi menikahi sang tambatan hati.
Dalam psikologi, kondisi di mana anak lelaki jatuh cinta pada ibu kandung dikenal dengan istilah oedipus complex. Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Sigmund Freud, sang bapak psikologi analisis asal Austria.
Sejak diinisiasi pada tahun 1800-an hingga saat ini, oedipus complex sejatinya adalah konsep yang masih kontroversial. Sejumlah ilmuwan menganggap hal ini normal, namun sebagian lain menilainya tidak lazim.
Lantas, sebenarnya apa makna oedipus complex? Mengapa konsep psikologi ini dianggap kontroversial? Merangkum berbagai sumber, berikut penjelasannya.
Naksir Ibu Kandung, Ayah Dianggap Saingan
Melansir The Interpretation of Dreams, Freud mendefinisikan oedipus complex sebagai kondisi ketika anak laki-laki menginginkan ibunya hanya untuk diri sendiri. Dia kerap memandang sang ayah sebagai pesaing, bahkan muncul keinginan menyingkirkannya.
Ketika anak lelaki dengan oedipus complex menyadari bahwa ayahnya lebih berkuasa dan lebih kuat, bakal muncul perasaan cemas. Untuk menghilangkan kecemasan tersebut, biasanya dia meniru sifat atau perilaku sang ayah agar bisa merebut perhatian ibu.