bakabar.com, BANJARMASIN – Sekolah tatap muka di Banjarmasin bakal dihentikan bila ditemukan siswa terjangkit Covid-19.
“Ya termasuk tenaga pengajarnya bila positif Covid-19,” jelas Kepala Dinas Pendidikan Banjarmasin Totok Agus Darmanto kepada bakabar.com, Senin (16/11) siang di sela pemantauan simulasi belajar tatap muka.
Pihak sekolah yang kembali menerapkan sistem pembelajaran tatap muka pun diminta untuk menerapkan protokol kesehatan atau prokes secara ketat.
“Semua yang datang ke sekolah, baik siswa dan guru harus dalam kondisi benar-benar sehat,” ujarnya.
Disdik juga meminta sekolah tidak mengizinkan mereka yang dalam keadaan flu turun ke sekolah.
"Kalau flu siswa diharapkan untuk belajar di rumah saja," tegasnya.
Praktis, kata Totok, keadaan tersebut membuat penyusutan kapasitas siswa di dalam ruang kelas.
Padahal pola sekolah tatap muka ketika pandemi Covid-19 sudah disiapkan.
Terdapat dua pola. Yaitu menggunakan kapasitas siswa 30 persen atau 50 persen di satu kelas.
"Ada beberapa kelas yang tidak penuh karena mereka belajar di rumah," ucapnya.
Dirinya sangat tidak menginginkan kejadian siswa dan tenaga pengajar terinfeksi Covid-19.
Untuk itu terkait metode pembelajaran maupun tahapan protokol kesehatan di sekolah saat ini sudah disiapkan.
Dari wajib mengenakan masker dan sekolah menyediakan tempat cuci tangan lalu membatasi jarak di dalam kelas.
"Mudah-mudahan tidak terjadi," harapnya.
Sebagai informasi, ada sederet kajian atau rumusan sekolah tatap muka di Banjarmasin di tengah pandemi Covid-19.
Mulai dari satu mata pelajaran memakan waktu 25 menit. Hingga waktu belajar dari pukul 08.00 hingga 11.00 Wita.
Lalu, kantin sekolah ditutup. Siswa diimbau membawa bekal sendiri dari rumah. Dalam satu pekan akan terdapat 3 sif pembelajaran.
Sebagai pengingat, mulai hari ini empat SMP di Banjarmasin resmi menggelar kembali belajar tatap muka.
Sayangnya, dari empat sekolah itu tak semuanya mumpuni dalam hal sarana dan prasarana pendukung belajar-mengajar di tengah pandemi Covid-19.
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 10, misalnya, ternyata kurang siap untuk menerapkan simulasi pembelajaran tatap muka.
Pasalnya, mereka kekurangan sejumlah thermo gun atau alat pengukur suhu tubuh. Sejumlah siswa juga kedapatan tak pakai masker.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
Praktis, sejumlah murid yang berduyun-duyun datang ke sekolah setelah berbulan-bulan belajar di rumah tak menjalani cek suhu sebelum masuk ke kelas.
Berdasar pantauan bakabar.com, thermo gun tidak terlihat di pintu masuk kelas.
Tak cuma itu. Jarak fisik antara satu murid dan lainnya juga masih diabaikan.
Terlihat kursi tanpa ada tanda silang atau larangan di dalam ruangan kelas.
Kepala SMPN 10 Banjarmasin Saifuddin Zuhri mengakui pelaksanaan protokol kesehatan sempat terhambat ketika pembelajaran tatap muka hari pertama.
Alasannya, keberadaan thermo gun hanya diketahui oleh satu tenaga pengajar. Kebetulan tenaga pengajar ini telat masuk ke sekolah.
"Anaknya sakit tapi dari kemarin (15/11) telah kami siapkan segala sarana dan prasarana," ujarnya.
Namun ia menuturkan segala penerapan protokol kesehatan di ruang kelas menggunakan mekanisme berbeda tetap diterapkan.
Pihaknya, kata dia, hanya mempunyai dua opsi. Yaitu 30 persen dan 50 persen dari total kapasitas suatu kelas.
SMPN 10 sendiri memakai pola 50 persen. Praktis cuma setengah siswa di sekolah dari total keseluruhan 552 siswa.
"Kapasitasnya sudah kita kurangi. Itu ada yang izin sakit dan tidak diizinkan orang tuanya," ucapnya.
Dalam simulasi, ia menerangkan satu kali mata pelajaran memakan waktu paling lama 25 menit.
Waktu istirahat dipangkas. Hanya menjadi 15 menit. Siswa diimbau untuk selalu berada di dalam ruangan kelas.
Kantin sekolah ditutup selama pembelajaran tatap muka untuk menghindari ruang penularan Covid-19.
Sementara waktu pulang sekolah disesuaikan menjadi pukul 11.00 Wita.
"Datang dan pulang juga diatur," pungkasnya.
Hanya Empat Sekolah Direkomendasikan
Pembelajaran tatap muka di Banjarmasin mulai disimulasikan sejak pagi tadi, Senin (16/11).
Namun tidak semua tingkatan lembaga pendidikan yang menggelar.
Dinas Pendidikan (Disdik) hanya merekomendasikan empat sekolah. Yaitu SMPN 10, SMPN 12, SMPN 31 dan SMPN 7.
"Ya ada empat sekolah yang memberlakukan simulasi pembelajaran tatap muka," ujar Kepala Disdik Banjarmasin, Totok Agus Darmanto kepada bakabar.com.
Ia mengatakan tiap sekolah mengambil pola siswa yang beragam untuk ditaruh ke ruangan kelas.
Di SMPN 10, hanya 50 persen dari kapasitas ruangan diisi. Sedangkan SMPN 12 hanya 30 persen.
Dari dua pola tersebut akan dipelajari Disdik untuk diterapkan ke depannya.
"Dari yang kita lihat cukup memadai bahkan ada yang kurang karena jumlah murid tidak memadai tiap kelas," ucapnya.
Disdik, kata dia, akan mengevaluasi simulasi pembelajaran tatap muka ini.
Terutama tentang protokol kesehatan dan mekanisme pembelajaran di tengah pandemi Covid-19.
Laporan dari sekolah akan diterima Disdik per hari selama dua pekan ke depan.
"Kalau memang tidak ada permasalahan, kita lanjutkan sekolah tatap muka," pungkasnya.
Adapun kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Banjarmasin sebanyak 3579 orang. Di antaranya 98 kasus aktif, 3.247 pasien sembuh dan 168 meninggal dunia.