Praktis, sejumlah murid yang berduyun-duyun datang ke sekolah setelah berbulan-bulan belajar di rumah tak menjalani cek suhu sebelum masuk ke kelas.
Berdasar pantauan bakabar.com, thermo gun tidak terlihat di pintu masuk kelas.
Tak cuma itu. Jarak fisik antara satu murid dan lainnya juga masih diabaikan.
Terlihat kursi tanpa ada tanda silang atau larangan di dalam ruangan kelas.
Kepala SMPN 10 Banjarmasin Saifuddin Zuhri mengakui pelaksanaan protokol kesehatan sempat terhambat ketika pembelajaran tatap muka hari pertama.
Alasannya, keberadaan thermo gun hanya diketahui oleh satu tenaga pengajar. Kebetulan tenaga pengajar ini telat masuk ke sekolah.
"Anaknya sakit tapi dari kemarin (15/11) telah kami siapkan segala sarana dan prasarana," ujarnya.
Namun ia menuturkan segala penerapan protokol kesehatan di ruang kelas menggunakan mekanisme berbeda tetap diterapkan.
Pihaknya, kata dia, hanya mempunyai dua opsi. Yaitu 30 persen dan 50 persen dari total kapasitas suatu kelas.
SMPN 10 sendiri memakai pola 50 persen. Praktis cuma setengah siswa di sekolah dari total keseluruhan 552 siswa.
"Kapasitasnya sudah kita kurangi. Itu ada yang izin sakit dan tidak diizinkan orang tuanya," ucapnya.
Dalam simulasi, ia menerangkan satu kali mata pelajaran memakan waktu paling lama 25 menit.
Waktu istirahat dipangkas. Hanya menjadi 15 menit. Siswa diimbau untuk selalu berada di dalam ruangan kelas.
Kantin sekolah ditutup selama pembelajaran tatap muka untuk menghindari ruang penularan Covid-19.
Sementara waktu pulang sekolah disesuaikan menjadi pukul 11.00 Wita.
"Datang dan pulang juga diatur," pungkasnya.
Hanya Empat Sekolah Direkomendasikan