Relax

Mirip Film ‘Miracle in Cell No 7’, Begini Pilunya Kisah Korban Salah Tangkap di Dunia Nyata

apahabar.com, JAKARTA – “Mungkinkah orang dewasa dengan keterbatasan mental melakukan pemerkosaan dan pembunuhan terhadap gadis kecil?”…

Featured-Image

Dikira Teroris 9/11 karena 'Salad'

Peristiwa 9/11 agaknya membuat Badan Intelijen Pusat (CIA) kelimpungan. Mereka menciduk ratusan orang tak bersalah, salah satunya pemuda Pakistan yang kala itu masih berusia 14 tahun, Mohammed Al-Gharani.

Dirinya dikerangkeng selama 11 tahun di Guantaamo hanya karena salah paham soal kata 'salad.' Bertahun-tahun, CIA mengira telah menahan pejabat keuangan Al Qaeda. Padahal, tuduhan itu salah kaprah.

Al-Gharani berbicara bahasa Arab dengan dialek Saudi, sedangkan penerjemah CIA berasal dari Yaman. Mereka menanyakan soal besaran 'zalat', yang dalam dialek Yaman berarti uang. Sementara, dalam dialek Saudi, kata tersebut berarti 'salad' yang banyak tersedia di rumah orang Pakistan.

Dihukum Mati padahal Punya Alibi

Dalam kisah detektif, tersangka yang punya alibi kuat bisa terbebas dari dugaan. Namun, hal ini agaknya tak berlaku untuk kasus Kris Maharaj.

Pada 1986, ketika Derrick dan Duane Moo Young dibantai beramai-ramai di hotel di Miami, warga Inggris itu diringkus polisi setempat. Padahal, Maharaj memiliki enam saksi mata yang mengatakan bahwa dirinya sedang berada 50 kilometer dari tempat kejadian perkara (TKP).

Miris, hakim tetap saja menjatuhkan hukuman mati. Beberapa tahun usai putusan itu, dua orang mantan pembunuh bayaran mengaku melakukan pembunuhan atas kakak beradik Moo Young.

Hakim pengadilan, ternyata, terbukti menerima suap. Hukuman mati Maharaj pun dibatalkan, namun, entah apa alasannya, dirinya tak langsung dibebaskan dan justru masih harus mendekam di penjara.

HALAMAN
123
Komentar
Banner
Banner