Hot Borneo

Menuntaskan Banjir di Banjar, Bendungan Riam Kiwa Jadi Angin Segar

Mengatasi masalah banjir menjadi pekerjaan besar Pemkab Banjar. Hampir setiap musim hujan, tak sedikit warga yang terdampak.

Featured-Image
Setiap musim hujan, banjir selalu mengancam banyak kawasan di Kabupaten Banjar. Foto-Istimewa

bakabar.com, MARTAPURA – Mengatasi masalah banjir menjadi pekerjaan besar Pemkab Banjar. Hampir setiap musim hujan, tak sedikit warga yang terdampak.

Meluapnya air Sungai Martapura akibat peningkatan debit air dan kekurangan resapan, ditengarai menjadi penyebab utama banjir.

Tak heran wilayah terdampak banjir tak jauh-jauh dari sungai, utamanya Sungai Riam Kiwa sampai Sungai Martapura.

BPBD Banjar sendiri memetakan wilayah rentan banjir. Mulai dari Riam Kiwa, yaitu Kecamatan Sungai Pinang, Pengaron, Simpang Empat, Mataraman, Cintapuri Darussalam, Astambul, Martapura Kota, Martapura Timur dan Barat, serta Karang Intan.

Kemudian Kecamatan Gambut dan Kertak Hanyar kerap banjir, “Ini bukan karena sungai meluap, tapi penyerapan air yang kurang memadai,” papar Daryanto, Plt Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Banjar.

Secara teknis, Sekda Banjar yang juga Plt Kepala Dinas PUPR, H Mokhamad Hilman, menjelaskan penyebab banjir adalah dinamika pembangunan hingga batas area Daerah Aliran Sungai (DAS).

Kemudian pendangkalan sungai dan 4 folder di sekitar Martapura yang tidak berfungsi maksimal. Empat folder tersebut adalah Antalangu, Liang, Tambak Anyar dan Pasayangan.

“Mestinya berfungsi seperti embung sebagai daerah resapan dan daya tampung air. Fungsi empat folder tersebut untuk menampung luapan air dari Sungai Riam Kanan dan Riam Kiwa,” jelas Hilman.

Sedianya penanganan folder Tambak Anyar menjadi kewenangan Pemprov Kalsel. Sementara tiga folder lain sudah diserahkan kepada Pemkab Banjar.

Pun sudah beberapa kali dilakukan rehabilitasi, baik dari Pemkab Banjar dan Pemprov Kalsel. Namun dinamika kegiatan masyarakat membuat tanggul jebol, sehingga air tidak terbendung. Ditambah kondisi pintu-pintu air banyak yang rusak tidak terjaga.

“Prinsip penanganan penyaluran air adalah dengan menahan air sebanyak-banyaknya dan menyalurkan sesedikit-dikitnya. Sudah semestinya dilakukan penanaman pohon area DAS,” papar Hilman.

Solusi jangka pendek yang pernah dilakukan dengan normalisasi Sungai Tuan. Tetapi upaya itu terkendala pembebasan bangunan di bantaran sungai.

“Kemudian dilakukan pengalihan normalisasi yang dilaksanakan dari Sungai Riam Kiwa, sebagian ke Sungai Tuan, Sungai Munggu Raya, Sungai Ambulung hingga ke Sungai Martapura,” jelas Hilman.

“Memang pengalihan trace saluran dalam pelaksanaan ini tidak seefektif pelaksanaan normalisasi Sungai Tuan. Tetapi tetap berdampak mereduksi banjir yang terjadi,” sambungnya.

Di sisi lain, rencana pembangunan Bendungan Riam Kiwa menjadi menjadi angin segar sebagai solusi mengatasi banjir di Banjar.

Balai Wilayah Sungai Kalimantan II Ditjen SDA Kementerian PUPR, berencana melakukan pengerjaan fisik mulai 2021.

“Sekarang proses Land Acquisition and Resetlement Action Plan (LARAP) sedang dilakukan dan dilanjutkan pembebasan lahan,” beber Hilman.

Pembangunan Riam Kiwa itu sendiri menjadi salah satu pembangunan prioritas di Kalsel, seperti yang dijelaskan anggota Komisi V DPR RI, Rifqinizamy Karsayuda, beberapa waktu lalu.

Itulah alasan Kementerian PUPR menggelontorkan anggaran sekitar Rp 1,7 triliun untuk membangun bendungan yang juga diplot menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

“Kami meminta tolong kepada pemerintah daerah, baik Pemprov Kalsel maupun Pemkab Banjar dan masyarakat, bekerjasama dalam menyukseskan pembangunan bendungan itu,” pungkas Rifqi.



Komentar
Banner
Banner