Kekayaan Mansa Musa

Menilik Kekayaan Mansa Musa, Orang Terkaya Sepanjang Masa

Raja Mali, Mansa Musa adalah orang terkaya sepanjang masa. Saking tajirnya, sejarawan tak bisa memperkirakan jumlah hartanya dengan angka.

Featured-Image
Mansa Musa Orang Terkaya Sepanjang Masa (Foto: Pos Aceh)

bakabar.com, JAKARTA - Siapa yang terlintas di benak Anda ketika mendegar sebutan ‘orang terkaya di dunia’? Kalau langsung teringat dengan Jeff Bezos atau Bill Gates, berarti Anda masih keliru.

Memang benar, Bezos dan Gates pernah memuncaki daftar konglomerat. Namun, keduanya bukanlah “orang terkaya sepanjang masa.”

Gelar tersebut dipegang oleh Mansa Musa, seorang raja dari Afrika, tepatnya di wilayah Mali, yang berkuasa pada abad ke-14.

Usut punya usut, saking tajirnya sang raja, jumlah hartanya tak bisa diejawantahkan dengan angka.

Lantas, dari manakah sumber kekayaan itu berasal? Lalu, dipergunakan untuk apa saja harta nan berlimpah-ruah tersebut?

Berikut informasinya yang dirangkum dari berbagai sumber.

Penguasa Emas dari ‘Dunia Lama’

Mansa Musa lahir sekira tahun 1280 dari keluarga penguasa. Dia mewarisi Kerajaan Mali, yang pada masa pemerintahannya, membentang sepanjang 3.128 kilometer – mulai dari Samudra Atlantik hingga daerah yang kini merupakan Niger.

Lantaran wilayah kekuasaannya sangat luas, sumber daya alam yang dimiliki Kerajaan Mali pun sangat besar, termasuk emas dan garam.

Pada era kepemimpinan Musa, hampir separuh jumlah emas di kawasan Dunia Lama – negeri-negeri di Afrika, Asia dan Eropa – dikuasai Kerajaan Mali.

“Sebagai penguasa, Mansa Musa punya akses yang hampir tidak terbatas terhadap sumber kekayaan paling bernilai pada abad pertengahan," ungkap seorang spesialis seni Afrika, Kathleen Bickford Berzock, dikutip dari BBC.

Pusat-pusat perdagangan besar – yang menggunakan emas dan komoditas lain sebagai alat tukar – juga berada di wilayah kekuasaan Musa. Sang raja pun mendulang hartanya dari aktivitas perdagangan tersebut.

Perhatian dengan Dunia Pendidikan

Mansa Musa terkenal sebagai raja yang sangat dermawan. Bahkan, dalam sebuah perjalanan hajinya menuju Mekkah, dia menghabiskan banyak emas sampai membuat perekonomian di Mesir anjlok.

“Dia membagikan terlalu banyak emas sepanjang perjalanan, sehingga para penghibur tak mau memuja-mujinya lagi dalam nyanyian. Mereka berpikir dia menghamburkan sumber daya alam lokal di luar kerajaan,” jelas Lucy Duran dari School of African and Oriental Studies di London.

Kendati demikian, Musa sebenarnya tak serta merta menghabiskan emas begitu saja.

Dirinya rela mengeluarkan 200 kilogram emas untuk membayar jasa Abu Es Haq es Saheli, lantaran sudah merancang arsitektur Masjid Djinguereber.

Selain mendorong seni dan arsitektur, Musa juga mendanai dunia sastra dan membangun banyak sekolah, perpustakaan, juga masjid.

Tak lama berselang, Timbuktu yang merupakan “El-Dorado-nya Afrika”, berubah menjadi pusat pendidikan.

Orang-orang dari berbagai belahan dunia berdatangan untuk belajar di tempat yang kini dikenal sebagai Universitas Sankore.

Sang raja juga seringkali dianggap berjasa karena telah memulai tradisi pendidikan di Afrika Barat.

Sayangnya, setelah Musa wafat di usia 57 tahun, putra-putranya tak mampu menjaga keutuhan Kerajaan Mali. Sejumlah daerah memisahkan diri, hingga akhirnya kerajaan itu pun runtuh.

Editor


Komentar
Banner
Banner