Apahabar.com, Magelang - Gerakannya rampak, pakaiannya tinggi tegak, langkahnya rapi berarak-arak, penontonnya penuh tanpa jarak.
Suasana malam itu riuh meski dingin menusuk rusuk, kabut yang turun kian menutupi pekat langit yang bergelayut.
Malam ini, pertunjukan Tari Topeng Ireng digelar meriah, sebagai perayaan Syawal masyarakat Dusun Genito Lor, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang.
Topeng Ireng, tarian ber-genre kerakyatan yang berasal dari lereng Gunung Merbabu Kabupaten Magelang itu adalah cerminan kegembiraan masyarakat yang bersemangat dalam melawan penjajahan Belanda.
"Tapi pada masa itu (1800) an, tarian dan kesenian untuk mengusir penjajah dilarang, maka topeng ireng berkamuflase dengan gerakan yang menyimbolkan kegiatan rakyat sehari-hari," kata Giring (50) penggerak seni Topeng Ireng Bergodo Suto Genito (BSG), Kamis (4/5).
Baca Juga: Menjaga Kelestarian Tanaman Aren di Bumi Rejang Lebong
Eksistensi perjalanan Topeng Ireng kembali diuji saat pemerintahan Presiden Soeharto (1968-1998), kesenian selain silat dilarang tampil apalagi berkembang.
"Maka ada beberapa gerakan silat didalam Topeng Ireng, itu juga sebuah kamuflase agar kesenian ini tidak mati," tuturnya.
Giring mengungkapkan Topeng Ireng adalah akronim dari Toto Lempeng Irama Kenceng, oleh karenanya, banyak gerakan yang menggunakan hentakan kaki rampak.
"Toto artinya menata, lempeng berarti lurus, irama berarti nada, dan kenceng berarti keras," papar Giring.
Baca Juga: Pemkab Bangka Barat Dorong Pelestarian Budaya Khitan Massal
Oleh karena itu, lanjut dia, hentakan kaki mereka selalu mengeluarkan bunyi gemerincing berkepanjangan karena pada sepatunya terdapat puluhan lonceng kecil di atas mata kaki hingga lutut para penari.
Selain sebagai simbol keprajuritan melawan penjajah, Giring mengungkap, Topeng Ireng juga merupakan wujud pertunjukan seni tradisional yang memadukan syiar agama Islam.
"Topeng Ireng selalu diiringi dengan musik yang rancak dan lagu dengan syair Islami, puji-pujian dan salawatan," paparnya.
Baca Juga: Setelah Idulfitri, Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat
Populer dengan nama Dayakan
Sebelum dikenal dengan nama Topeng Ireng, seni pertunjukan itu dikenal dengan nama kesenian Dayakan.
Menurut dia, nama Dayakan ini didasarkan pada kostum yang digunakan oleh para penari karena busana bagian bawah yang digunakan oleh para penari menyerupai pakaian adat suku Dayak.
"Sekitar tahun 1995, kata Dayakan dinilai mengandung unsur SARA, kemudian kesenian ini diubah menjadi kesenian Topeng Ireng," pungkasnya.