bakabar.com, JAKARTA - “Golongan darahmu A, ya? Pantas, sifatmu melankolis.” Itulah salah satu contoh anggapan yang menyeruak di tatanan sosial Indonesia. Layaknya zodiak, tak sedikit masyarakat di negeri ini percaya dengan kepribadian berdasarkan golongan darah.
Meski serupa, keduanya tidaklah sama. Kepribadian berdasarkan zodiak tak mendasar, sehingga sering terdengar sebagai bualan belaka. Namun, tidak demikian dengan sifat golongan darah, yang ternyata sudah diteliti secara ilmiah.
Penelitian itu bahkan sudah dilakukan sejak 1920-an oleh seorang psikolog asal Jepang bernama Tokeji Furukawa. A Study of Temperament and Blood-Groups adalah tajuk survei tersebut.
Furukawa menghubungkan golongan darah dengan kategori tipe kepribadian yang pertama kali ditetapkan oleh dokter Yunani kuno Hippocrates, yakni optimis, apatis, mudah tersinggung, dan melankolik.
Hasil studi Furukawa terus dikembangkan, salah satunya oleh jurnalis asal Jepang bernama Masahiko Nomi. Dia menerbitkan buku bertajuk Understanding Affinity by Blood Type (1971) yang mengungkapkan seperempat dari perilaku dan kepribadian seseorang adalah hasil dari golongan darah mereka.
Tsuchimine dkk dalam ABO Blood Type and Personality Traits in Healthy Japanese Subjects (2015) juga membuktikan golongan darah punya keterkaitan dengan karakter seseorang. Ini terbukti dari tiga dimensi yang digunakan dalam penelitian.
Ketiganya ialah cooperativeness yang mencerminkan keterampilan sosial, self-transcendence terkait agama beserta idealisme, dan self-directedness yang berkaitan dengan keandalan juga kedewasaan.
Fakta atau Takhayul Semata?
Meski sejumlah hipotesis medis telah diajukan untuk mendukung teori kepribadian golongan darah, masih banyak komunitas ilmiah dan sejumlah pihak yang justru menganggap teori tersebut sebagai pseudosains alias takhayul.
Namun, hal itu tak menyurutkan kepercayaan masyarakat Jepang akan teori yang juga disebut ketsuekigata ini. Blood Type and The Five Factors of Personality in Asia bahkan menyatakan tidak kurang dari dua pertiga orang di Asia Timur percaya kepribadian berdasarkan golongan darah.
Bukannya tidak mendasar, kepercayaan orang Jepang terhadap ketsuekigata itu dilandasi atas tiga alasan. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Reiko Yamashita lewat sebuah survei pada 2008.
Salah satu alasannya, ialah karena golongan darah dibicarakan dengan pengetahuan. Selain itu, orang Jepang juga merasakan ciri-cirinya berlaku untuk diri mereka sendiri sampai tingkat tertentu.
Karena itulah, banyak perusahaan di Negeri Sakura merekrut karyawan menggunakan teori golongan darah. Bahkan, kecenderungan mencocokkan golongan darah pun dipakai dalam mencari jodoh.
Lantas, percayakah Anda dengan kepribadian berdasarkan golongan darah ini?