bakabar.com, JAKARTA - Pernahkah Anda mendengar memento mori? Dalam bahasa Latin, ungkapan yang demikian bermakna “ingatlah akan kematian.” Filosofi ini bukannya bermaksud menakut-nakuti, melainkan untuk menginspirasi, memotivasi, dan bahkan memperjelas tujuan hidup.
Memento mori bahkan telah menjadi sebuah prinsip kehidupan bagi banyak orang. Kaum Stoa, misalnya, menggunakan istilah ini guna menciptakan prioritas sekaligus jadi pengingat agar tak menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal percuma.
Filsuf Stoa, Marcus Aurelius, makin menegaskan makna memento mori melalui sebuah tulisan usai bermeditasi. Dia mengatakan, “You could leave life right now. Let that determine what you do, say, and think.”
Petuahnya itu, lagi-lagi, menyadarkan setiap insan bahwa waktu hidup terbatas. Dengan begitu, diri sendiri akan mulai menghargai setiap momen yang tengah dijalani. Juga,senantiasa terbesit keinginan untuk berbuat baik.
Simbol Pengingat Kematian
Bukan cuma lewat tulisan, sebagaimana yang dilakukan Marcus Aurelius. Prinsip memento mori juga diwujudkan dengan berbagai simbol seni, di antaranya tengkorak, jam pasir, lilin padam, bunga atau buah yang layu, dan serangga.
Simbol tersebut bisa dilekatkan dengan benda lain yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti jam tangan. Tengkorak berukuran kecil, misalnya, menghiasai penunjuk waktu itu sebagai aksesoris.
Tak lain dan tak bukan, jelas tujuannya untuk mengingatkan pada kematian; setiap waktu yang berlalu, boleh jadi membuat seseorang semakin dekat dengan akhir hayatnya. Sebab itulah, mereka bakal terpikir untuk memanfaatkan masa tersebut sebaik mungkin.
Museum Cloisters di New York City, malahan, memajang sederet simbol memento mori ala abad pertengahan. Salah satunya, berupa ukiran abad pertengahan dalam bentuk peti mati kecil yang terbuka pada adegan Dives – orang kaya di neraka.
Di masa kini, simbol memento mori memang tak sepopuler dulu. Namun, eksistensinya masih bisa ditemukan dalam sastra, musik, maupun visual.
Prinsip yang ‘Mengerikan’
Bagi segelintir orang, tak dapat dipungkiri, bahwa mengingat kematian adalah hal mengerikan. Bahkan, secara naluriah, otak manusia bakal bekerja keras menolak menghubungkan dirinya dengan kematian – sebagaimana dilaporkan The Guardian.
Jika pada intinya memento mori mendatangkan lebih banyak kerugian ketimbang kebaikan, prinsip ini dapat dihindarkan. Alih-alih memikirkan soal akhir hayat, lebih baik berpikir bahwa Anda memiliki waktu terbatas setiap harinya untuk melakukan sesuatu.