Pesan Orang Tua: Hadapi Kerasnya Dunia
Selain memuat permohonan maaf, lantunan Galang Rambu Anarki juga berisikan pesan untuk sang buah hati. Iwan Fals menggantungkan harapannya kepada putra sulungnya itu agar bisa menghadapi kerasnya dunia.
"Galang Rambu Anarki, anakku. Cepatlah besar, matahariku. Menangis yang keras, janganlah ragu. Tinjulah congkaknya dunia, buah hatiku. Doa kami di nadimu."
Sayang, Galang yang begitu diharapkan sang ayah, telah berpulang di usia dini, kala dirinya berumur 15 tahun. Pada 25 April 1997, Galang ditemukan meninggal di kamarnya. Kepergian Galang tentu membuat Iwan Fals terguncang, sampai dirinya memutuskan untuk vakum dari industri musik selama beberapa tahun.
Meski tak berumur panjang, Galang boleh dibilang sudah berhasil menjelma menjadi 'duplikat' sang ayah. Dirinya mengikuti jejak Iwan Fals dengan menjadi gitaris pada grup band yang dia bentuk bersama teman-temannya.
Lantunan Kritik untuk Pemangku Jabatan
Bukan cuma Galang Rambu Anarki, Iwan Fals santer terkenal sebagai musisi yang kerap melancarkan kritik kepada pemerintah. Sederet lantunan ciptaannya tak segan-segan menggambarkan penderitaan rakyat.
Misalnya saja, lagu Desa yang mengisahkan peningkatan urbanisasi akibat ketiadaan lapangan pekerjaan di desa. Ada pula Oemar Bakri, di mana mendeskripsikan guru yang masih belum sejahtera meski telah banyak melahirkan murid yang berhasil.
Tak berhenti di situ, lewat Tikus-Tikus Kantor, Iwan Fals menyorot permasalahan korupsi yang kadung mengakar di Bumi Pertiwi. Sosok Iwan Fals begitu vokal menyuarakan penderitaan rakyat. Lantas, lagu manakah yang kiranya paling Anda suka? (Nurisma)