bakabar.com, JAKARTA - Sejumlah orangtua mengeluhkan langkah pemerintah yang dianggap lambat dalam memberikan informasi terkait obat-obat sirup yang dianggap berbahaya untuk anak-anak. Hingga kini sudah teridentifikasi sebanyak 200 lebih kasus gagal ginjal akut dengan korban sebagian besar anak-anak.
Happy Utami (30) seorang ibu rumah tangga, merasa khawatir dengan langkah pemerintah yang dianggap telat dalam penanganan kandungan berbahaya dalam obat anak anak.
"Kok bisa kecolongan atau bagaimana dari Menkes saya tidak ngerti atau mungkin Menkes tahu tapi selama ini kajiannya kurang kan tidak ngerti kita," ujar Happy saat di hubungi bakabar.com, Senin (24/10).
Baca Juga: Kemenkes akan Datangkan Obat Fomepizole untuk Gagal Ginjal Akut
Sebelumnya, sempat beredar informasi sebanyak 102 obat sirup yang dilarang beredar karena diduga memiliki kandungan Eliten Glikol dan Dietilen Glikol yang melebih ambang batas penggunaan.
Informasi tersebut membuat Happy merasa khawatir karena selama ini ia sering memberikan beberapa jenis obat-obatan tersebut kepada anaknya. Bahkan, di tengah musim pancaroba seperti saat ini ia merasa was-was memberikan obat-obatan kepada anak bila anaknya sedang demam.
"Setiap sakit anak saya setiap demam tidak pernah sampai seminggu. Jadi kalau biasanya 4 sampai 5 hari anak dikasih minum Sanmol Parasetamol," ujar Happy.
Baca Juga: Menkes: Etilen Glikol di Obat Sirup Jadi Penyebab Penyakit Ginjal Akut pada Anak
Sama halnya yang dilakukan Lusitania Pramusinta (30) seorang ibu rumah tangga sekaligus perawat di salah satu rumah sakit Yogyakarta mengaku khawatir dengan kasus gagal ginjal pada anak yang merebak saat ini.
"Khawatir banget ya, soalnya anakku habis minum obat Parasetamol Tempra seminggu lalu, sama Rhinos jadi khawatir banget," ucap Lusi saat di hubungi bakabar.com, Senin (24/10).
Pasalnya, dalam waktu seminggu terakhir anaknya sempat sakit dan meminum obat sirup yang sempat disebut dilarang beredar. Ia juga baru mengetahui jika obat sirup tersebut saat ini tidak dapat dikonsumsi untuk sementara waktu. Sebab, masih tahap uji coba laboratorium.
Baca Juga: Polri Bantu Tarik Obat Sirup Berbahan Kimia dari BPOM
"Sekarang masih observasi untuk pipisnya keluar seberapa banyak. Terus lihat batuk pilek sama demam atau enggak, sakit perut atau enggak. Sampai sekarang masih tetep observasi ke anak karena ya khawatir banget," ucap Lusi.
Sebagai orangtua yang sudah terlanjur memberikan obat-obatan yang saat ini ditarik peredarannya oleh pemerintah, Lusi menyayangkan langkah tersebut yang dianggap terlambat karena baru sekarang ini melakukan uji coba.
"Nah makanya itu kenapa baru saat ini, saat kejadian ginjal akut pada anak meningkat baru di uji coba sekarang, kenapa gak dari dulu pas pertama kali obat itu beredar, ya kecewa sebenarnya," tutupnya.