bakabar.com, JAKARTA – Sentimen commodity supercycle sangat terasa di komoditas batu bara. Si batu legam harganya terus naik dan mencetak rekor secara terus-menerus.
Dalam sepekan terakhir, harga batu hitam melesat hampir 7,10% secara point-to-point. Saat ini batu bara kontrak acuan newcastle untuk 2 bulan mendatang diperdagangkan di level harga US$ 168,1/ton.
Kenaikan harga batu bara bertolak belakang dengan sentimen negatif yang membayangi komoditas ini. Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres menegaskan batu bara harus keluar dari sistem energi dunia untuk lingkungan yang lebih baik.
Pada 9 Agustus 2021,UN Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) merilis laporan bahwa aktivitas manusia adalah penyebab utama perubahan iklim. Kerusakan yang ditimbulkan harus segera diperbaiki.
Gelombang panas, banjir bandang, badai besar, adalah contoh bencana yang diakibatkan oleh aktivitas bani Adam. Makin hari, skala kerusakan akibat bencana-bencana tersebut semakin masif.
“Ini adalah kode merah bagi kemanusiaan, alarm sudah berbunyi. Laporan ini semestinya menjadi suara kematian bagi batu bara dan bahan bakar fosil, sebelum mereka menghancurkan planet kita,” tegas Guterres, seperti dikutip dari Reuters.
Meski demikian, batu bara tetap menjadi primadona. Pasalnya, batu bara adalah sumber energi yang murah, apalagi harga gas alam semakin mahal.
Di Eropa, pada 10 Agustus 2021 biaya pembangkitan listrik bertenaga gas alam adalah EUR 44,6/ MWh. Batu bara jauh lebih murah yaitu EUR 38,96/MWh. Ini membuat dunia usaha punya alasan untuk beralih dari gas alam ke batu bara.