bakabar.com, JAKARTA - Tahun 2023 baru berjalan puluhan hari, namun kasus penculikan anak kian menjadi-jadi. Sepanjang Januari saja, sedikitnya ada empat kasus di Indonesia yang menggemparkan jagat maya.
Pada 2 Januari lalu, misalnya, publik dihebohkan dengan ditemukannya Malika. Bocah berusia enam tahun itu menghilang selama 26 hari.
Hampir sebulan lamanya, Malika dipaksa bekerja untuk mengisi perut sang penculik, Sumarno. Dia bahkan juga menerima kekerasan fisik, seperti ditendang juga disentil.
Di tanggal yang sama, bocah berusia 4 tahun asal Cilegon juga diculik. Fitria, begitu namanya, dipaksa mengemis selama kurang lebih 23 hari.
Selang enam hari kemudian, atau pada 8 Januari, seorang bocah asal Makassar juga menghilang. Bukan sekadar diculik, korban berinisial MFS bahkan dibunuh untuk kemudian organ tubuhnya dijual oleh si pelaku.
Penculikan juga terjadi pada 11 Januari di Semarang. Bocah berusia delapan tahun itu ditemukan dalam keadaan lemas.
Maraknya penculikan anak di Indonesia tentu membuat orang tua was-was. Lantas, apa yang mesti dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus tersebut?
Biasakan Anak untuk Meminta Izin
Salah satu hal yang bisa diajarkan kepada anak guna mencegah penculikan adalah ajari mereka untuk terbiasa meminta izin.
Psikolog anak dan keluarga, Rose Mini Agoes Salim, menganjurkan agar anak dibiasakan meminta izin tiap kali ingin melakukan sesuatu sejak dini.
"Misalnya, mau minum atau makan apa pun, dia harus bertanya kepada orang tuanya, boleh atau tidak, karena anak tidak tahu bahaya atau tidak makanan atau minuman yang diinginkannya itu," ujar psikolog yang akrab disapa Bunda Romy, dikutip dari tirto.id, Senin (30/1).
Meminta izin ini bukan semata-mata mengawasi anak atau membatasinya bermain, melainkan membantu mereka memahami dan belajar memilah mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Dengan terbiasa meminta izin, sambung Bunda Romy, anak tak akan serta merta mengikuti orang lain ketika diajak pergi. Dia mengerti bahwa boleh tidaknya bergantung pada izin dari orang tua.
Ajarkan Kemampuan Berbicara Asertif
Selain membiasakan anak untuk meminta izin, orang tua juga perlu mengajarkan kemampuan berbicara asertif. Ini akan membuat anak bertanya dan berargumen saat dibujuk untuk ikut atau diiming-imingi sesuatu.
"Dalam kasus penculikan, anak-anak yang sudah lebih besar biasanya tidak langsung dibawa kabur. Penculik melakukan pendekatan-pendekatan kepada anak terlebih dahulu, diajak main, ngobrol, dan biasanya dia sudah mengamati kebiasaan dan kesukaan anak, sehingga anak pun merasa sudah mengenalnya," papar Bunda Romy.
Sebab itu, anak-anak perlu dibekali dengan kemampuan berbicara secara asertif. Ajari mereka sedari usia sekolah dasar, atau lebih baik saat berusia di bawah itu.
Adapun untuk mengasah kemampuan berbicara asertif anak, bisa dilengkapi dengan keterampilan berpikir kritis dan analitis.
Dalam segala hal, ajak anak berdiskusi supaya terbiasa untuk tak menelan semua informasi yang diucapkan orang lain. Anak harus diberi kesempatan berpendapat.
"Jangan selalu kita (orang tua) yang dominan dan mengarahkan anak. Terapkan gaya pengasuhan yang demokratis, dan ajarkan anak berpikir kritis," jelas dia.