Makin Cakap Digital

Literasi Digital di SMAN 4 Prabumulih Ajak Lawan Hoaks di Medsos

Kemenkominfo berkolaborasi dengan SMAN 4 Prabumulih melaksanakan webinar literasi digital Sektor Pendidikan. Kegiata

Featured-Image
Literasi digital garapan Kemenkominfo menyasar siswa SMAN 4 Prabumulih.

bakabar.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan SMAN 4 Prabumulih melaksanakan webinar literasi digital sektor pendidikan.

Kegiatan yang mengangkat tema “Lawan Hoaks di Media Sosial” telah dilaksanakan pada Selasa (9/5) pukul 09.00-11.00 WIB, berlokasi di SMAN 4 Prabumulih, Kota Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan.

Kegiatan webinar literasi digital di lingkungan pendidikan ini merupakan salah satu upaya dalam mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan menuju Indonesia #MakinCakapDigital.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman, yaitu dengan menyuguhkan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

Baca Juga: Literasi Digital di SMP Pidie, Bikin Tugas Mudah Bila Cakap Digital 

Berdasar laporan We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia pada Januari 2022 mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya, dan dimana 191,4 juta penggunanya menggunakan media sosial.

Namun, penggunaan internet tersebut membawa berbagai risiko, karena itu peningkatan penggunaan teknologi internet perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan tepat.

Hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Katadata Insight Center (KIC), didapatkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia pada tahun 2022 berada pada angka 3,54 poin dari skala 1-5. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori sedang.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik. “Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital,” katanya melalui virtual.

Baca Juga: Literasi Digital di SMAN 7 Prabumulih Ajarkan Tantangan Hoaks di Dunia Pendidikan

Pada webinar yang menyasar target segmen pelajar SMA ini, sukses dihadiri oleh sekitar 200 peserta daring, dan juga dihadiri beberapa narasumber yang berkompeten dalam bidangnya.

Kegiatan tersebut diawali dengan sambutan dari Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Semuel Abrijani Pangerapan, dihadiri narasumber Dian Ikha Pramayanti, SP.t., M.Si (Dosen, Writerpreneur, dan Entrepreneur), narasumber lain Dr. Dahril Amin, S. Pd., M. Pd (Kepala SMA Negeri 4 Prabumulih), kemudian bersama Key Opinion Leader (KOL) Vean Mardhika (Influencer), serta Siti Kusherkatun, S.Pd.I (Asih) sebagai juru bahasa isyarat dan dipandu oleh moderator Sonaria.

Pada sesi pertama, narasumber Dian Ikha Pramayanti, SP.t., M.Si menyampaikan materi mengenai hoaks atau informasi palsu. Faktor hoaks mudah menyebar dikarenakan rasa ingin tahu yang tinggi, kecepatan media sosial, hoaks yang sudah didesain, dan ingin menjadi penyebar informasi yang pertama.

Ciri-ciri hoaks yaitu informasi seringkali membuat emosional seperti marah dan benci, berbentuk pesan berantai (biasa diakhiri dengan perintah sebarkan, forward, dan minta diviralkan), tidak menyertakan link kepada sumber tertentu atau bukti informasinya asal. 

Baca Juga: Literasi Digital di SMA Aceh Besar: Bekal Positif, Kreatif, dan Aman di Internet 

Sumber yang dicantumkan merujuk pada situs abal-abal yang tidak memiliki info kontak dan redaksi, dan informasi disampaikan secara tidak logis berisi salah ketik di dalamnya.

Kemudian, jika menemukan konten di media sosial berisi berita bohong, ujaran kebencian, dan radikalisme atau terorisme, dapat mengirimkan screen capture atau url link dan mengirim data ke [email protected] serta aduan konten dapat dilihat di laman web trustpositif.kominfo.go.id

“Berpikir sebelum berbagi, perhatikan judul dan isi, jangan mudah percaya, periksa alamat situs, periksa sumber berita lain yang melaporkan berita yang sama, pastikan berita tersebut ditulis oleh sumber yang dapat dipercaya dan memiliki reputasi dan keakuratan yang baik, lakukan kroscek terhadap bukti yang ditampilkan untuk menilai keakuratannya, periksa tanggalnya, perhatikan format penulisannya, dan cek asal dari gambar atau video tersebut,” ujar Dian.

Webinar literasi digital garapan Kemenkominfo menyasar siswa SMAN Prabumulih.
Webinar literasi digital garapan Kemenkominfo menyasar siswa SMAN Prabumulih.

Giliran narasumber kedua, Dr. Dahril Amin, S. Pd., M. Pd menjelaskan mengenai jejak digital, jejak digital merupakan segala informasi yang ditinggalkan di internet, jejak digital mudah diakses oleh banyak orang dalam waktu yang singkat dan sulit dihapus.

Oleh sebab itu, tindakan penyalahgunaan data lebih rawan dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Rekam jejak aktif yaitu informasi yang secara sadar dibagikan contohnya konten, direct message, komentar, mengisi survei online, dan mengirim email. 

Sedang rekam jejak pasif yaitu informasi yang ditinggalkan di internet tanpa sadar atau data yang dikumpulkan secara otomatis oleh pihak lain contohnya riwayat browser, alamat IP, perangkat yang digunakan, dan aplikasi yang mengakses lokasi GPS.

Baca Juga: Literasi Digital di SD & SMP Se-Kampar: Yuk Cintai Produk dalam Negeri

Cara melindungi jejak digital yaitu menggunakan mesin pencari untuk memeriksa jejak digital, mengurangi jumlah sumber informasi yang menyebut anda, membatasi data yang dibagikan, memeriksa pengaturan privasi akun media sosial, menghindari berbagi informasi yang berlebihan di media sosial. 

Lalu menghindari situs web yang tidak aman, menghindari mengungkapkan data pribadi di wifi publik, menghapus akun lama yang tidak digunakan, membuat kata sandi yang kuat, mengawasi catatan medis dan data keuangan secara berkala, selalu memperbarui perangkat lunak, membuat password untuk perangkat seluler, berpikir sebelum memposting, bertindak cepat setelah data anda dicuri dan terjadi kerugian finansial yaitu mengubah kata sandi, membatasi pelacakan dari aplikasi, dan menghapus riwayat pencarian.

 “Dampak jejak digital adalah mempengaruhi perspektif seseorang, bagaimana sudut pandang orang memandang kamu, menjadi faktor penentu masuk perguruan tinggi dan beasiswa, hampir semua perguruan tinggi atau program beasiswa ingin mengetahui akun media sosial mahasiswa tersebut," jelasnya. 

"Hal itu menjadi faktor penentu apakah mahasiswa tersebut berhak untuk diterima atau tidak di perusahaan atau mendapat program beasiswa, selanjutnya peluang untuk mendapat pekerjaan, HRD akan mencari tahu siapa orang yang akan direkrut, yaitu dengan menelusuri akun media sosial, jika akun media sosial tidak sesuai ekspektasi maka bisa saja gagal untuk direkrut, dan rentan terhadap keamanan pribadi, jika sering menyebar informasi pribadi di internet, kemungkinan besar akan kena serangan cyber, jadi harus berhati-hati dalam menyebarkan data dan informasi pribadi di internet,” ujar Dahril lagi.

Baca Juga: Literasi Digital di SMAN 3 Unggulan Kayu Agung, Etika Jadi Kunci

Selanjutnya, giliran Vean Mardhika selaku Key Opinion Leader yang menyampaikan bahwa sebagai generasi milenial sudah harus mendapat banyak literasi digital mengenai bagaimana mengatasi hoaks. 

"Tetapi tidak banyak keluarga kita atau orang tua kita yang paham bagaimana menggunakan gadget yang benar, bagaimana cara mengetahui berita itu benar atau tidak, oleh karena itu, diperlukan diri kita untuk memberitahu kepada mereka agar memiliki pemahaman yang sesuai di era digital yang semakin berkembang."

“Kita bisa bicara baik-baik dengan orang tua kita, seandainya dapat informasi boleh nggak dikirim dulu ke kita, nanti kita bantu cek, kalau misalnya itu berita nggak benar, kita cek dari sumber yang terpercaya, sembari kita juga menginformasikan bagaimana sih caranya untuk mengetahui bahwa segala informasi itu benar atau tidak," sambungnya.

Baca Juga: Belajar Pentingnya Etinet di Webinar Literasi Digital: Gegara Kucing, Pelajar Gagal Beasiswa

Menurutnya, terkadang masyarakat mudah tersulut emosi ketika melihat sebuah gambar atau potongan video yang sebenarnya itu hanya sebuah potongan yang kalau dilihat secara utuh maksud dan tujuannya tidak seperti itu.

"Itu adalah salah satu tugas kita sebagai teman-teman gen z untuk semakin memperkaya literasi digital kita, untuk semakin tahu bagaimana mengetahui lebih bijak dalam bermain sosial media,” kata Vean.

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Kemudian moderator memilih tiga penanya untuk bertanya secara langsung dan berhak mendapatkan e-money.

Pertanyaan pertama dari Resain Bily yang mengajukan bagaimana caranya agar masyarakat lebih cakap lagi dalam hal menggunakan media sosial, terlebih untuk lebih sadar bahwa hal-hal negatif itu dijauhkan.

"Terkadang sudah tahu dampak negatif tetapi masih saja dilakukan," jelasnya.

Baca Juga: Literasi Digital di SMP Kabupaten Pidie, Pentingnya Teknologi dalam Proses Belajar-Mengajar

Kemudian narasumber Dian Ikha Pramayanti, menanggapi bahwa mengikuti webinar literasi digital untuk meningkatkan kemampuan literasi, bijak dalam menggunakan media digital. Rekam jejak digital akan selalu abadi. Apapun yang dilakukan di media sosial pasti akan menjadi rekam jejak digital. "Algoritma media sosial akan melihat kita suka apa di media sosial."

Pertanyaan kedua dari Agung Renaldy yang mengajukan pertanyaan bagaimana solusi untuk seseorang yang telah berubah menjadi lebih baik, apakah sudah tidak ada jalan bagi mereka yang pernah memiliki rekam jejak digital kurang baik di sosial media?

Narasumber Dahril Amin menanggapi bahwa merubahnya mulai dari sekarang dan perlu tekad bahwa harus berfikir sebelum memposting sesuatu karena akan berdampak luas di media sosial.

"Menghapus konten yang kita buat jika konten tersebut tidak benar. Memperbaiki diri kita agar menjadi lebih baik ketika kita berselancar di media sosial."

Baca Juga: Belajar Pentingnya Etinet di Webinar Literasi Digital: Gegara Kucing, Pelajar Gagal Beasiswa

Pertanyaan ketiga dari Haimal Amsar mengajukan pertanyaan bagaimanakah caranya menanamkan Bhinneka Tunggal Ika pada masyarakat khususnya generasi milenial saat ini yang sudah terpengaruh budaya-budaya luar dan melupakan norma kesopanan?

Narasumber Dian Ikha Pramayanti menanggapi bahwa berlandaskan pancasila jika membuat konten di media sosial, membuat postingan untuk mencintai teman-teman karena adanya perbedaan.

Selanjutnya narasumber Dahril Amin, juga menanggapi bahwa bergotong royong dalam media sosial dengan berkolaborasi dengan banyak orang.

Sesi tanya jawab selesai. Setelah itu, moderator mengumumkan tujuh pemenang lainnya yang bertanya di kolom chat dan berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp. 100.000.

Baca Juga: Literasi Digital di SD & SMP Se-Kampar: Yuk Cintai Produk dalam Negeri

Moderator mengucapkan terima kasih kepada narasumber, Key Opinion Leader (KOL) dan seluruh peserta webinar. Pukul 11.00 WIB webinar literasi digital selesai, moderator menutup webinar dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.

Kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan di Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kemenkominfo memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024.

 Adapun Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan info literasi digital dapat diakses melalui website: literasidigital.id (https://literasidigital.id/) dan akun media sosial Instagram: @literasidigitalkominfo (https://www.instagram.com/literasidigitalkominfo/),  Facebook Page: Literasi Digital Kominfo/@literasidigitalkominfo (https://www.facebook.com/literasidigitalkominfo),

Youtube: @literasidigitalkominfo (https://www.youtube.com/@literasidigitalkominfo).

Editor


Komentar
Banner
Banner