Literasi Digital

Literasi Digital di SMA Pidie Jaya Bahas Pendidikan Karakter Gen-Z

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI berkolaborasi dengan beberapa SMA di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh melaks

Featured-Image
Literasi digital di SMA Pidei Jaya.

bakabar.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika RI berkolaborasi dengan beberapa SMA di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh melaksanakan webinar literasi digital sektor pendidikan. Kegiatan yang mengusung tema “Pendidikan Karakter Gen-Z di Era Digital” telah digelar pada Senin (15/5) pukul 10.00-12.00 WIB.

Webinar literasi digital di lingkungan pendidikan merupakan salah satu upaya dalam mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan menuju Indonesia #MakinCakapDigital.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman. Yaitu dengan menyuguhkan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

Berdasarkan laporan We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia pada Januari 2022 mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya, dan dimana 191,4 juta penggunanya menggunakan media sosial.

Namun, penggunaan internet tersebut membawa berbagai risiko, karena itu peningkatan penggunaan teknologi internet perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan tepat. 

Hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Katadata Insight Center (KIC), didapatkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia pada tahun 2022 berada pada angka 3,54 poin dari skala 1-5. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori sedang.

Baca Juga: Literasi Digital di SMPN 9 Muaro Jambi: Lawan Hoaks di Media Sosial

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik. “Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital,” katanya melalui virtual.

Pada webinar yang menyasar target segmen pelajar SMA ini, sukses dihadiri oleh sekitar 300 peserta daring, dan juga dihadiri beberapa narasumber yang berkompeten dalam bidangnya. Kegiatan tersebut diawali dengan sambutan dari Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Semuel Abrijani Pangerapan, dihadiri narasumber Dr. Astri Dwi Andriani, M.I.Kom. (Rektor UNPI Cianjur), narasumber lain Razali, S.Pd., M.Pd (Kacab Dinas Pendidikan Wilayah Pidie dan Pidie Jaya), kemudian bersama Key Opinion Leader (KOL) Reni Risti Yanti (Presenter), serta Siti Kusherkatun, S.Pd.I (Asih) sebagai juru bahasa isyarat dan dipandu oleh moderator Diny Brilianti.

Pada sesi pertama, narasumber Dr. Astri Dwi Andriani, M.I.Kom. menyampaikan mengenai karakter gen z dan jejak digital. Karakter gen z meliputi terkoneksi dengan internet, berpikir yang kreatif, dan percaya diri. Selain itu, jejak digital merupakan rekaman atau bukti yang ditinggalkan setelah beraktivitas di internet yang berpotensi untuk dicari, dilihat, dicuri, dan dipublikasi orang lain.

Cara merawat jejak digital adalah dengan mencari tahu jejak digital dengan ketik nama di mesin pencari, mengatur privasi di perangkat dan akun media sosial sesuai dengan target unggahan konten, menggunakan kombinasi password yang kuat, dan mengajari anak untuk menjaga privasi.

Webinar literasi digital garapan Kemenkominfo.
Webinar literasi digital garapan Kemenkominfo.

“Gimana sih caranya agar kita lebih beradab atau lebih sopan di internet, dengan menggunakan netiket, netiket berasal dari kata netizen etiket, atau etika berinteraksi di dunia maya, karena walaupun kita ngetik langsung pakai keyboard yang notabene mesin, tapi di ujung sana kita terkoneksi dengan orang lain yang juga harus dijaga hati dan pikirannya," jelasnya. 

"Jadi perlakukanlah teman kita di dunia maya sebagaimana kita ingin diperlakukan, caranya dengan menghindari konten negatif, karena kita sebagai warga Negara Indonesia terikat dengan Undang-Undang ITE, kalau yang pertama, melanggar kesusilaan, kedua, kalau judi online, penghinaan, pemerasan atau pengancaman, penyebaran berita bohong, penyebaran ujaran kebencian atau permusuhan berdasarkan SARA suku, agama, dan ras,” ujar Astri lagi.

Giliran narasumber kedua, Razali, S.Pd., M.Pd menjelaskan terkait literasi dalam berdakwah di dunia digital. Dakwah merupakan upaya mengajak orang lain untuk beriman kepada Allah SWT, mengajak melaksanakan semua yang diperintahkan dan meninggalkan segala larangan.

Salah satu manfaat berdakwah melalui dunia digital yakni pendakwah tidak perlu hadir dari satu mimbar ke mimbar yang lain. Peran literasi dakwah dalam dunia digital yaitu dunia digital mampu menggiring suatu komunitas untuk bersikap positif jika konten tersebut mengandung kebaikan.

Pendakwah perlu meluruskan niat sehingga pesan dan nilai-nilai yang disampaikan dapat diterima oleh masyarakat, menyampaikan dakwah melalui dunia digital perlu akhlak yang baik dari pendakwah, dan perlu dukungan sumber atau referensi yang cukup serta pemilihan bahasa yang lembut.

“Keunggulan dan kekurangan dakwah di dunia digital, kalau keunggulan dapat dilakukan secara masif, kemudian jangkauannya luas, jumlahnya pilihannya banyak, dapat mengikutinya dengan jumlah yang banyak, tempatnya jangkauannya luas sampai dengan ke Kabupaten lain," jelasnya. 

Kemudian hemat biaya. "Kalau kita melakukan dakwah biasa, menyiapkan panggung, menyiapkan segala macam akomodasi, dan lain-lain biayanya besar, kemudian hemat waktu, dapat diakses kapan saja, kekurangannya yaitu terbuka peluang orang jahat memanipulasi konten,” jelas Razali.

Baca Juga: Literasi Digital Edukasi Pelajar SMA Aceh Besar Dasar Keamanan Akun Medsos

Selanjutnya, giliran Reni Risti Yanti yang merupakan seorang presenter, menyampaikan bahwa gen z merupakan generasi yang aktif di media sosial. Gen z memiliki karakter lebih kreatif dan lebih berpikir kritis. Namun, terdapat kekurangan karakter gen z yakni antisosial. Gen z antisosial di dunia nyata dan sikap sosialnya ditunjukkan di dunia maya. Untuk itu, gen z perlu memanfaatkan dunia digital dengan baik, jika dimanfaatkan dengan baik maka akan menambah relasi dan mendapatkan rejeki.

“Karakter gen z ini perlu ditingkatkan dari sisi positifnya, tadi sudah disinggung oleh Bu Astri bahwa, dari kreativitas itu sebenarnya gen z itu bisa membuat konten-konten yang beragam, konten-konten yang luar biasa bagus, yang bisa ditularkan sisi positifnya kepada khalayak ramai," paparnya. 

"Saya pun setuju bahkan mengajak nih buat teman-teman semua, mungkin teman-teman selama ini udah punya media sosial bahkan lebih dari satu, dari mulai whatsapp, instagram, facebook, twitter, tiktok, youtube, udah banyak nih konten-konten kreator yang ada di Pidie Jaya, Provinsi Aceh, tinggal jangan pernah takut untuk memaksimalkannya teman-teman, karena ketika teman-teman bisa memaksimalkan apa yang teman-teman rasakan di ruang digital, itu manfaatnya banyak banget” kata Reni.

Baca Juga: Literasi Digital Edukasi Pelajar SMA Aceh Besar Dasar Keamanan Akun Medsos

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Kemudian moderator memilih tiga penanya untuk bertanya secara langsung dan berhak mendapatkan e-money. 

Pertanyaan pertama dari Denny Herdiansyah yang mengajukan pertanyaan berbicara mengenai rekam jejak digital yang apabila dulu beretika kurang baik, namun mengalami perubahan yang signifikan dari pribadi seseorang tersebut. 

"Apakah itu masih akan berpengaruh buruk bagi pribadi kita?" tanyanya. 

Kemudian narasumber Dr. Astri Dwi Andriani, M.i.Kom. menanggapi bahwa rekam jejak ada digital yang aktif yaitu sadar dalam memposting sesuatu sedangkan jejak digital pasif adalah tidak sadar dalam membrowsing sesuatu atau memposting sesuatu.

"Cara memperbaikinya adalah menghapus, unfollow atau block situs yang terindikasi bahaya seperti judi, pinjol, dan lain-lain. Dan juga memposting sesuatu yang baik sehingga jejak digital kita yang kurang baik bisa tertutup dengan postingan positif kita. Perlakukan'lah password kita dengan baik dan jangan mudah mengumbarnya pada orang lain. Kita bisa menggunakan fitur biometrik seperti fingerprint atau face biometrics," tuturnya.

Pertanyaan kedua dari Farhan yang mengajukan pertanyaan dalam berdakwah tentunya ada dai yang juga salah satu aspek menentukan strategi dengan melihat siapa mad'unya. Dengan kondisi medium digital, lantas apa strategi yang bisa dilakukan agar dakwahnya masuk ke berbagai kalangan?

Baca Juga: Literasi Digital di SMP Pidie, Bikin Tugas Mudah Bila Cakap Digital 

Kemudian narasumber Razali, S.Pd., M.Pd menanggapi bahwa agar materi bisa diterima semua kalangan masyarakat yang pertama adalah materi dakwah bukan sesuatu yang diperdebatkan di masyarakat. Yang kedua sifatnya yang umum dan tidak menimbulkan perbedaan di masyarakat. Dan yang ketiga diberikan argumentasi untuk meyakinkan orang lain dan rujukan yang kuat seperti hukum dan tafsir dalam Alquran, hadis dan kitabnya siapa.

"Pendakwah harus menguasai ilmu yang dia berikan dan tidak mengambil konten dakwah orang lain."

Pertanyaan ketiga dari Nur Anisah mengajukan pertanyaan bagaimana cara menyadarkan dan membuat paham bahwa di dalam membuat postingan maupun berkomentar harus memiliki etika bahasa yang baik. Juga etika dalam penggunaan gawai, karena banyak sekarang sudah tidak bisa lagi membedakan mana dunia nyata dengan dunia maya?

Kemudian narasumber Dr. Astri Dwi Andriani, M.i.Kom. menanggapi bahwa harus hati-hati dengan capslock karena bisa membuat kesalahpahaman dengan orang lain, juga perhatikan caption dan memperhatikan waktu saat menghubungi seseorang.

"Kita harus memposting sesuatu yang baik dan perhatikan apa yang kita posting jangan sampai menjelekkan sesuatu suku atau orang lain. Apakah postingan kita positif dan menyebarkan kebaikan untuk orang lain, jika tidak lebih baik tidak perlu diposting."

Baca Juga: Literasi Digital di SMP Kabupaten Pidie, Pentingnya Teknologi dalam Proses Belajar-Mengajar

Selanjutnya narasumber Razali, S.Pd., M.Pd juga menanggapi bahwa pelajar harus memperbaiki etiket dengan orang lain. "Kita selaku warga negara juga harus berperilaku baik, menjaga adab dan etika kita."

Sesi tanya jawab selesai. Setelah itu, moderator mengumumkan tujuh pemenang lainnya yang bertanya di kolom chat dan berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp. 100.000. Moderator mengucapkan terima kasih kepada narasumber, Key Opinion Leader (KOL) dan seluruh peserta webinar. Pukul 12.00 WIB webinar literasi digital selesai, moderator menutup webinar dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.

Kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan di Provinsi Aceh merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo) untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024. 

Adapun Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan info literasi digital dapat diakses melalui website: literasidigital.id (https://literasidigital.id/) dan akun media sosial Instagram: @literasidigitalkominfo (https://www.instagram.com/literasidigitalkominfo/),  Facebook Page: Literasi Digital Kominfo/@literasidigitalkominfo (https://www.facebook.com/literasidigitalkominfo),

Youtube: @literasidigitalkominfo (https://www.youtube.com/@literasidigitalkominfo).

Editor


Komentar
Banner
Banner