Gedung Bersejarah

Lima Gedung Bersejarah yang jadi Saksi Bisu Kemerdekaan Indonesia

Saksi sejarah selalu terkait dengan sosok atau tokoh, tapi ada gedung yang juga menyimpan jejak perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Featured-Image
Gedung Joang '45. Foto: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta

bakabar.com, JAKARTA Saksi sejarah selalu dikaitkan dengan sosok atau tokoh, tapi ada tempat yang juga menyimpan jejak perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Tempat-tempat yang menjadi saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia tersebut juga dapat dikunjungi oleh masyarakat karena fungsinya kini telah menjadi destinasi wisata.

Untuk memahami mana saja tempat yang menjadi saksi bisu perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan, berikut lima tempat bersejarah yang bisa dikunjungi.

Gedung Joang '45

Gedung Joang '45. Foto: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta
Gedung Joang '45. Foto: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta

Menjadi salah satu bangunan peninggalan Belanda, Gedung Joang '45 dahulu dimiliki oleh seorang pengusaha yang bernama Lc Schomper. Bagunan itu awalnya diperuntukkan sebagai Hotel Schomper.

Hotel Schomper pada watu itu sering digunakan sebagai tempat singgah untuk pejabat tinggi Belanda, pengusaha asing dan dan pejabat pribumi yang berkunjung ke Batavia.

Setelah kemerdekaan, gedung itu beralih fungsi menjadi tempat diklat, asrama, dan ruang diskusi para pemuda untuk bertukar pikiran. Tokoh-tokoh seperti Sukarni, Chaerul Saleh, A.M Hanafi, Adam Malik, Wikana, Achmad Soebardjo, B.M. Diah, Sayuti Melik, Soerastri Karma Trimurti, Latif Hendraningrat, S. Suhud, dan Trimurti sering berdiskusi di tempat itu.

Gedung Joang '45 tersebut terletak di Jalan Menteng nomer 31, Kelurahan Kebon Sirih, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Bangunan bersejarah itu kini menjadi museum yang sering menjadi destinasi wisata.

Selain itu, museum ini juga memamerkan sejumlah lukisan tentang peristiwa kemerdekaan Indonesia. Terdapat beberapa diorama yang menggambarkan suasana Gedung Joang '45 pada masa kemerdekaan.

Terdapat beberapa arsip dokumentasi, berupa foto-foto dan patung dari para tokoh, serta tiga kendaraan kepresidenan yang digunakan Presiden dan Wakil Presiden pertama RI.

Tugu Proklamasi

Tugu Proklamasi. Foto: Pemerintah Kota Banjarmasin
Tugu Proklamasi. Foto: Pemerintah Kota Banjarmasin

Terletak di Taman Proklamasi, Jl. Proklamasi, Jakarta Pusat, Tugu Proklamasi dulunya merupakan tempat tinggal dan lokasi pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno.

Tempat bersejarah itu pertama kali diresmikan pada 17 Agustus 1972 oleh Menteri Penerangan kala itu, Budiardjo dan kemudian pada 17 Agustus 1980, Presiden Soeharto kembali meresmikan Monumen Proklamasi sebagai tempat bersejarah.

Tidak hanya Tugu Proklamasi, dibangun juga sejumlah infratruktur lain seperti Tugu Peringatan Satu Tahun Proklamasi, yang didirikan pada 1946. Tugu itu dibuat sebagai tanda pengingat satu tahun proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia digaungkan.

Rumah Rengasdengklok

Tidak Hanya Tokoh, Lima Tempat Berikut Jadi Saksi Bisu Kemerdekaan Indonesia
Rumah Rengasdengklok. Foto: Kemendikbud

Pertama kali dimiliki oleh tokoh Tionghoa yang bernama Djiaw Kie Siong, Rumah Rengasdengklok menjadi tempat bersejarah karena sempat menjadi lokasi persembunyian Soekarno-Hatta oleh golongan permuda.

Pada waktu itu Soekarno-Hatta sengaja disembunyikan karena golongan pemuda mendesak keduanya untuk segera diumumkan kemerdekaan Indonesia.

Rumah yang kini menjadi wisata sejarah itu berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 33, Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.

Hotel Majapahit

Hotel Majapahit. Foto: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya
Hotel Majapahit. Foto: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya

Berlokasi di di Jalan Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur, Hotel Majapahit telah mengalami beberapa kali pergantian nama mulai dari Hotel LMS, berganti Hotel Oranje, kemudian Hotel Yamato, dan Hotel Hoteru.

Hotel Majapahit merupakan bangunan yang telah didirikan sejak 1910. Saat itu, pembangunan hotel dilakukan oleh Sarkies Bersaudara yang merupakan orang berdarah Armenia.

Hotel itu dikenang karena menjadi saksi bisu dari momen bersejarah, diaman terjadi peristiwa pemberontakan oleh pemuda karena kehadiran penjajah di Surabaya pascakemerdekaan.

Pada saat itu para pemuda berhasil menduduki Hotel Majapahit yang kemudian merobek bendera Belanda menjadi bendera merah putih.

Benteng Rotterdam

Benteng Rotterdam. Foto: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan
Benteng Rotterdam. Foto: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan

Menjadi peninggalan sejarah Kerajaan Gowa-Tallo, Fort Rotterdam atau Benteng Rotterdam terletak di Jalan Ujung Pandang No.1, Makassar, Sulawesi Selatan.

Benteng itu dibagun pada 1545 oleh Raja Gowa IXI Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung yang bergelar Karaeng Tunipalangga Ulaweng. Selama masa penjajahan, benteng itu digunakan oleh Belanda sebagai markas komando pertahanan, kantor pusat perdagangan.

Masyarakat Makassar sering menyebut benteng itu sebagai ‘Benteng Pannyua’ yang artinya benteng menyerupai kura-kura. Hal ini dikarenakan jika dilihat dari atas, bangunan benteng nampak seperti kura-kura.

Pada 1970 benteng tersebut kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan beralih fungsi tempat wisata sejarah. Salah satu yang menarik dari benteng tersebut adlaah tersimpannya naskah La Galigo.

Editor


Komentar
Banner
Banner