bakabar.com, BANJARBARU – Kota Banjarbaru bakal punya alat pemantau kualitas udara yang disebut Stasiun Pemantauan Kualitas Udara Ambien (SPKUA).
Alat itu akan diletakkan di kawasan RTH area Masjid Agung Al Munawarah Trikora. Kini sedang dalam proses pembangunan.
Menurut Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarbaru, SPKUA ini merupakan proyek dari Kementerian LHK pusat. Artinya, terkait pembangunan, pengadaan alat hingga perawatannya dilakukan Kementerian LHK. Sementara Pemkot Banjarbaru hanya menyediakan lahannya saja.
“Kita diminta memfasilitasi tempatnya saja dan memantaunya,” kata Kabid Tata Lingkungan, Rusmila.
Kemudian, lanjutnya, SPKUA dibangun di lokasi yang tak sembarangan, misalnya harus berjarak minimal 20 meter dari ruas jalan umum.
Sesuai nama, SPKUA ini kata Mila berfungsi untuk melihat bagaimana kualitas udara yang ada di Banjarbaru. Pemantauan pun sebutnya akan bisa dicek hanya dengan gawai pintar.
“Nanti akan terkoneksi ke aplikasi ISPU milik Kementerian LHK, disana bisa dicek secara langsung bagaimana kualitas udara Banjarbaru,” katanya.
Di Kalsel sendiri, lanjutnya, saat ini baru Banjarmasin yang sudah ada dan bisa dipantau.
Selain lewat aplikasi ISPU, sambung Mila, nantinya hasil kualitas udara secara real time juga akan ditampilkan di layar-layar informasi milik Pemkot. Semisal di Lapangan Murjani, dengan bekerjasama dengan Diskominfo.
Lantas seberapa penting alat pengukur kualitas udara ini untuk Banjarbaru?
Mila menjawab, pihaknya sudah dua tahun terakhir mengusulkannya, namun baru bisa terealisasi tahun ini.
Diusulkan itu, karena Banjarbaru termasuk daerah yang nyaris langganan diterpa kabut asap.
“Khususnya ketika ada Karhutla. Nah selama ini kita hanya bisa melakukan pengukuran secara temporer dan sampelnya saja,” ceritanya.
Dilanjutnya, pengukuran itu pun hanya terbatas di beberapa titik atau radius tertentu saja.
Dengan adanya SPKUA, Mila menerangkan, IKU (Indeks Kualitas Udara) Kota Banjarbaru bisa lebih akurat dan berkelanjutan pemantauannya.
“Ini kan sifatnya permanen, jadi kita bisa memantau terus-terusan, begitu pun dengan pusat juga bisa mengukur bagaimana IKU kita, ini tentu diperlukan untuk penanggulangan ke depannya terkait polusi udara,” katanya.
Karena baru mulai dibangun, SPKUA ini katanya kemungkinan akan bisa beroperasi penuh di Juli mendatang. Sehingga, sekarang pihaknya masih fokus pada pengerjaan pondasi alat ini.
“Yang membuat agak lama karena semua alat-alatnya ini dikirim dari pusat, jadi kita sementara ini membangun pondasinya dulu,” tuntasnya.