Banjarmasin Hits

Kabut Asap Enggan Enyah dari IKP Kalsel, Begini Kualitas Udara Banjarbaru

Kabut asap semakin masif dirasakan masyarakat Banjarbaru, utamanya di lokasi rawan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). 

Featured-Image
Kabut asap di Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru, Sabtu (2/9) pagi. Foto-apahabar/Fida

bakabar.com, BANJARBARU - Kabut asap semakin masif dirasakan masyarakat Banjarbaru, utamanya di lokasi rawan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). 

Per Sabtu (2/9) hari ini tepatnya sekitar pukul 06.00 Wita, aroma asap masuk menembus rumah warga. 

Bahkan para orang tua peserta didik memilih mengantarkan sekolah anaknya saat kabut mulai mereda. 

"Dari malam itu sudah ada kabut, tapi pas subuh itu yang ke ciuman benar soalnya masuk rumah asapnya," kata warga Landasan Ulin Utara, Wati. 

Ibu - ibu lainnya, Kasalufa juga merasakan hal serupa. Katanya, ia sampai sengaja mengantarkan anaknya sekolah pukul 08.00 Wita. 

"Mata saya ini minus, kalau nekat ngantar pas kabut tebal takut nanti nabrak atau kecelakaan, jadi ga apa siangan, terlambat dikit ga apa asal selamat," ungkapnya. 

Dikonfirmasi bakabar.com, warga di Jalan Jurusan Pelaihari tepatnya di Pengayuan Kelurahan Landasan Ulin Selatan, Hendra menerangkan jika menurut pantauannya bersama rekan Pengayuan Rescue. Kabut asap tebal terjadi pada pukul 05.30 Wita hingga 08.00 Wita. 

"Kabut asap ini sudah sering, Karhutla juga hampir terjadi setiap hari," ungkap Ketua RT 02 Pengayuan itu. 

Warga setempat sebutnya juga sudah banyak yang mengalami batuk, flu, asma dan sakit tenggorokan. 

"Cuma sudah berobat," ungkapnya. 

Meski begitu sebutnya Pemkot Banjarbaru tidak menutup mata akan musibah ini. Karena bantuan terus disalurkan seperti masker, minuman, sembako, makanan ringan juga suplemen untuk petugas relawan di lapangan. 

Berdasarkan data dari website ispu.menlhk.go.id/internal/web/site/stasiun/banjar_baru sekitar pukul 07.00 Wita tadi, tercatat kualitas udara di Ibu Kota Provinsi (IKP) Kalsel dalam kategori sedang. Dimana tingkat kualitas udara masih dapat diterima pada kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan. Namun tercatat untuk parameter kritis terjadi pada PM2,5.

Editor


Komentar
Banner
Banner