bakabar.com, BANJARBARU - Kualitas udara di Banjarbaru masuk kategori tidak sehat. Hal itu berdasarkan data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) per Sabtu (26/8) hari ini.
Tercatat melalui Stasiun Pemantauan Kualitas Udara Ambien (SPKUA) Kota Banjarbaru di RTH Masjid Al-Munawarah, terjadi peningkatan untuk Parameter PM 2,5 dan HC.
"Konsentrasi parameter PM2,5 dan HC tinggi melebihi angka 100," ungkap Kepala Bidang (Kabid) Penegakan Hukum dan Pengendalian LH, DLH Kota Banjarbaru, Shanty Eka Septiani.
Baca Juga: Sukses Banjar Berselawat bersama Habib Syech, Satu Jemaah Dapat Doorprize Umrah
Particulate Matter (PM2.5) adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer).
Artinya, material yang terkandung dalam PM2,5 ini dapat menyebabkan berbagai gangguan saluran pernapasan seperti infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA, kanker paru- paru, kardiovaskular, kematian dini, dan penyakit paru-paru obstruktif kronis.
"PM2,5 dan HC ini berdampak penting untuk kesehatan manusia, ditandai dengan kondisi di lapangan saat ini terjadi kabut asap. Kalo HC itu biasanya indikasinya dari tranportasi, industri dan pembakaran kayu atau kebakaran hutan," ungkapnya.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Kalsel 26 Agustus 2023, Potensi Hujan Ringan di Banua Enam
Lantas, apakah kualitas udara yang tidak sehat ini dampak dari Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla)?
Shanty menyampaikan Karhutla memang salah satu penyebabnya, tapi kepadatan transportasi di Ibu Kota Provinsi (IKP ) Kalsel kala akhir pekan juga memungkinkan menjadi sebab lainnya.
"Cuma diperhatikan kalau weekend HC ini agak naik. Jadi ada kemungkinan juga karena transportasi meningkat di sekitar Banjarbaru. Kalau weekend kan Banjarbaru memang banyak pendatang, tapi ini opini pribadi saja melihat fluktuasi data," jawabnya.
Dia mengakui jika masyarakat merasakan kabut asap di pusat kota Banjarbaru pada pagi hari. Tapi kabut asap berangsur menghilang menjelang siang.
Namun dikarenakan SPKUA yang terpasang di RTH Masjid Al-Munawarah hanya mampu mengukur udara hingga radius 5 kilometer, maka di lokasi rentan karhutla seperti Kecamatan Landasan Ulin dan Liang Anggang memungkinkan memiliki kualitas udara yang lebih tidak sehat.
"Iya, secara kasat mata, cuma kemampuan alat belum bisa membaca sampai ke sana," ucapnya.
Meski tidak dapat menyatakan mutu secara pasti melalui angka, untuk di wilayah tersebut DLH katanya merujuk pada data parameter kritis.
Adapun parameter kritis berdasarkan data ISPU pukul 09.00 Wita hari ini di PM2,5 dengan penjelasan tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia, hewan, dan tumbuhan.
"Kondisi terkini, kabut asap menutupi sebagian wilayah Kota Banjarbaru. Kepada seluruh masyarakat Kota Banjarbaru harap menggunakan masker apabila beraktivitas di luar ruangan, dan bagi penderita sensitif dianjurkan tetap berada di dalam rumah dan kurangi aktivitas di luar," imbaunya.
Untuk diketahui, beberapa waktu lalu atau tepatnya pada Senin (21/8), kualitas udara di IKP Kalsel juga tidak sehat, sebab terjadi peningkatan parameter PM2,5, PM10 dan HC seiring dengan banyaknya kejadian karhutla.