News

Kutip Pernyataan Ahli Soal Gas Air Mata Tak Mematikan, Instagram Polri Digeruduk Warganet!

Akun media sosial Instagram Divisi Humas Polri @divisihumaspolri mendadak digeruduk warganet.

Featured-Image
Ilustrasi Gas Air Mata. Foto-net

bakabar.com, BANJARMASIN - Akun media sosial Instagram Divisi Humas Polri @divisihumaspolri mendadak digeruduk warganet.

Beragam komentar negatif muncul sebagai respons atas pernyataan Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo yang mengutip keterangan sejumlah ahli terkait penggunaan gas air mata tidak mematikan di tengah Tragedi Kanjuruhan.

"Para ahli nyatakan gas air mata tidak mematikan," buka keterangan @divisihumaspolri di Instagram seperti dilihat bakabar.com, Rabu (12/10).

"Saya juga mengutip dari pendapat dari Prof. Made Gelgel, adalah guru besar dari Universitas Udayana. Beliau ahli dibidang toksikologi atau racun dan juga Dr. Mas Ayu Elita," ujar Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Dedi Prasetyo.

"Bahwa gas air mata atau CS ini dalam skala tinggi pun tidak mematikan," jelasnya lebih lanjut.

Baca Juga: Diduga Picu Kematian di Kanjuruhan, Ini yang Dialami Tubuh Jika Terkena Gas Air Mata

Berdasarkan pantauan bakabar.com, setidaknya ada lebih dari 7.000 komentar. Sebagian besar dari mereka menuliskan komentar bernada negatif.

"Tidak mematikan kalau di ruang terbuka dan tidak berdesakan pak, ini berdesak-desakan. Ribuan orang berebut, panik mau keluar stadion karena dipicu oleh tembakan gas air mata. Sehingga banyak korban tewas. Tidak usah mengelak dan cari pembenaran," kata @que***.

"Betul tidak mematikan, tapi memicu kepanikan akhirnya berdesak-desakan dan kurang oksigen. Akhirnya apa?" ujar @iba***.

"Tragedi ini adalah hasil kegagalan antisipasi perencanaan pengendalian masa dan yang lebih berbahaya adalah mempergunakan alat-alat yg di langgar FIFA yaitu gas air mata, jadi sekali lagi kita ingin ada seorang yang tampil ke publik dan mengatakan ini 'tanggung jawab saya', bukan malah pada ngumpet dan saling lempar," papar @sen***.

Korban Meninggal Jadi 132 Orang

Korban meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan bertambah satu menjadi 132 jiwa. Korban baru tersebut atas nama Helen Prisella (21).

Kapolres Malang AKBP Putu Kholis Aryana menyebut Helen meninggal dunia setelah sebelumnya menjalani perawatan di RSU Saiful Anwar.

"Korban meninggal dunia bertambah satu atas nama Helen Prisella 21 tahun. Pasien yang dirawat di RSU Saiful Anwar Malang," kata Putu Kholis Aryana dilansir dari Suara, Rabu (12/10).

Putu menyebut Helen meninggal dunia sekitar pukul 14.25 WIB kemarin. Pada 2 Oktober 2022 lalu dia dirawat di ruang Ranu Kumbolo dengan kategori pasien luka sedang.

"Kemudian dipindahkan ke ruang ICU pada hari keempat perawatan, pasien dinyatakan meninggal dunia pada hari Selasa pukul 14.25 WIB. Dari penjelasan dr. Syaifulloh Ghani, Sp.OT Wadiryan RSSA pasien di ICU terdiagnosa dengan Multiple Trauma Ekstra kranial (banyak trauma di luar kepala), Peritoneal Bleeding (Perdarahan dalam Perut) dan Sepsis (Infeksi Luas), serta sudah sempat dilakukan CRRT (Cuci Darah Insidental)," jelasnya.

Adapun, jumlah korban luka kekinian tercatat sebanyak 607. Sebanyak 532 di antaranya masuk kategori luka ringan.

"Luka sedang 49 dan luka berat 26," imbuh Putu.

Gas Air Mata Kedaluwarsa

Polri telah mengakui ada anggota yang menggunakan gas air mata kedaluwarsa saat Tragedi Kanjuruhan. Beberapa gas air mata yang ditemukan tercatat telah kedaluwarsa sejak tahun 2021.

"Ya, ada beberapa yang ditemukan ya. Yang tahun 2021, ada beberapa," ungkap Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo.

Dedi tak menyebut jumlah gas air mata kedaluwarsa yang ditemukan oleh penyidik. Dia mengklaim barang bukti tersebut masih diperiksa di laboratorium forensik.

Kendati begitu, dia mengklaim gas air mata kedaluwarsa tidak berbahaya. Berbeda dengan makanan kedaluwarsa.

"Kebalikannya (dengan makanan), dengan zat kimia atau gas air mata ini, ketika dia expired justru kadar kimianya itu berkurang. Sama dengan efektivitasnya gas air mata ini, ketika ditembakkan, dia tidak bisa lebih efektif lagi," jelasnya.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, Valentino 'Jebret' Mundur sebagai Host & Komentator Liga 1 2022/2023

Dedi juga mengklaim korban meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan bukan akibat gas air mata. Melainkan karena kekurangan oksigen hingga terinjak-injak.

Dedi menyampaikan itu merujuk penjelasan sejumlah ahli dan dokter spesialis. Menurutnya, tak ada satupun korban meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan yang dinyatakan akibat gas air mata.

"Dari dokter spesialis penyakit dalam, penyakit paru, penyakit THT, dan juga spesialis penyakit mata, tidak satu pun yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata. Tapi penyebab kematian adalah kekurangan oksigen, karena apa? Terjadi berdesak-desakan, terinjak-injak, bertumpuk-tumpukan mengakibatkan kekurangan oksigen," klaimnya.

Dedi menyebut efak gas air mata pada dasarnya hanya akan menimbulkan iritasi. Namun, tidak sampai menyebabkan kematian.

"Sampai saat ini belum ada jurnal ilmiah yang menyebutkan ada fatalitas gas air mata yang mengakibatkan orang meninggal dunia," klaimnya lagi.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, Atta Halilintar Mundur dari Dunia Sepak Bola?

Editor


Komentar
Banner
Banner