Kominfo Dorong Gen Z untuk Lebih Meningkatkan Literasi Digital

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kominfo) melalui program literasi digital nasional mendorong gen z untuk lebih memahami literasi digital.

Featured-Image
Kominfo bersama bagi pelajar SD dan SMP di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Foto: Kominfo

bakabar.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kominfo) melalui program literasi digital nasional mendorong gen z untuk lebih memahami literasi digital.

Untuk itu, Kominfo menggelar program literasi digital nasional sektor pendidikan wilayah Sumatera bagi pelajar SD dan SMP di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Kegiatan secara nonton bareng (nobar) ini mengangkat tema “Pendidikan Karakter Gen-Z di Era Digital” dan telah digelar pada Selasa (29/8) pukul 10.00-12.00 WIB.

Program literasi digital itu, bertujuan untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024 menuju Indonesia #MakinCakapDigital.

Baca Juga: Kominfo Genjot Peningkatan Literasi Digital untuk Mencapai Kesetaraan

Kegiatan digelar dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman.

Berdasarkan laporan We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia pada Januari 2022 mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya, dan dimana 191,4 juta penggunanya menggunakan media sosial.

Namun, penggunaan internet tersebut membawa berbagai risiko, karena itu peningkatan penggunaan teknologi internet perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan tepat.

Hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kominfo bersama Katadata Insight Center (KIC), didapatkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia pada 2022 berada pada angka 3,54 poin dari skala 1-5. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori sedang.

Baca Juga: Media Sosial Rentan Jadi Wadah Kebocoran Data Pribadi

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik.

“Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital,” ujarnya yang dikutip, Jumat (1/9).

Kegiatan nonton bareng (nobar) dengan jumlah siswa 30.000 tersebut menyuguhkan materi yang didasarkan pada empat pilar utama Literasi Digital yakni kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

Dalam kegiatan tersebut menampilkan sejumlah narasumber, narasumber pertama yakni Rektor Universitas Putra Indonesia Cianjur, Dr. Astri Dwi Andriani, M.I.Kom. membawakan materi budaya digital.

Astri menjelaskan bahwa menurut data UNESCO, minat membaca masyarakat Indonesia sangat rendah yaitu 0,001% yang berarti dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.

Begitupun dengan riset Most Literated Nation In The World, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara di bidang literasi. Senada, survei Microsoft menyebut bahwa netizen Indonesia adalah pengguna media sosial paling tidak sopan se-Asia Pasifik.

Microsoft menyampaikan hal tersebut berdasarkan “Indeks Keberadaban Digital” atau “Digital Civility Index”. Untuk itu, para netizen Indonesia harus meningkatkan budaya sopan santun dengan menjadi ramah di dunia digital.

“Think Before Posting, Think itu ternyata singkatan teman-teman, ‘T’nya adalah True, True adalah bahasa Indonesianya ‘benar’, apakah postingan yang akan kita posting tuh benar gak sih? Kalau udah jelas kebenarannya boleh, tapi kalau gosip-gosip jangan," ujar Astri.

Kemudian pada huruf H dinyatakan sebagai Helpful, yang artinya setiap publikasi yang diutarakan harus berisikan informasi penting untuk bisa memberi manfaat kepada orang lain.

Pada huruf I diartikan sebagai illegal, Artinya apakah publikasi yang dimuat bertolak belakang dengan dengan nilai norma, hukum, atau adab yang ada di lingkungan sekitar.

Selanjutnya Necessary di dalam huruf N diartikan apakah publikasi yang diutarakan penting untuk masayrakat pahami atau tidak. Jika tidak baiknya tidak perlu dibagikan di dalam forum online.

Terakhir adalah ‘K’ Kindness, kebaikan, apakah postingan yang akan kita posting itu menyebarkan nilai kebaikan? Kalau menyebarkan nilai kebaikan kaya tips and trick, share hobi, atau menghibur komedi itu boleh, tapi kalau tidak, sebaiknya jangan,” ujar Astri.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Deli Serdang, Muriadi,S,Pd, SH, M.Pd turut menyampaikan sejumlah materi. dalam acara tersebut ia mengungkapkan bahwa guru perlu mengajarkan pendidikan karakter terhadap generasi z dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuannya supaya generasi z dapat memiliki etika yang baik di dunia nyata maupun di dunia digital. Oleh Kren aitu perlu diperhatikan bahwa terdapat beberapa gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

Kominfo bersama pelajar SD dan SMP di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Foto: Kominfo
Kominfo bersama pelajar SD dan SMP di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Foto: Kominfo

Pertama, berbasis kelas dengan mengintegrasikan proses pembelajaran di kelas lewat isi kurikulum dalam mata pembelajaran, kedua, berbasis budaya sekolah dengan memberi ruang pada potensi siswa lewat kegiatan ekstrakurikuler.

Kemudian pada PPK ketiga adalah berbasis masyarakat yakni melibatkan potensi lingkungan sebagai tempat pembelajaran.

“Cara hal yang paling terbaik untuk membangun karakter siswa di sekolah dengan memberikan contoh. Tapi guru yang harus memberikan contoh, seperti menyampaikan pesan moral, memberikan penghargaan dan apresiasi, bersikap jujur dan terbuka dan memberikan inspirasi,” ujarnya.

Pendidikan karakter itu penting diajarkan kepada anak dengan tujuan memberikan pengetahuan moral untuk dapat bersipak dan bertingkah lagi dengan baik di runag publik.

“Pendidikan karakter yang perlu kita pahami adalah pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral, semuanya mesti bermoral, kenapa? Pendidikan moral itu sangat sedikit dipelajari di kurikulum sekarang ini,” kata Muriadi.

Tidak hanya itu, content creator, Muhammad Hafidz Al-Furqan turut tampil menyampaikan bahwa banyak hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan media sosial,

Supaya setiap pelajar dapat menanamkan karakter yang baik yakni dengan memiliki akhlak yang baik, bersikap jujur, beretika dengan patuh terhadap guru dan orang tua, suka menolong teman, toleransi saling menghargai, serta disiplin.

“Karakter yang harus teman-teman garis bawahi, salah satunya adalah peduli lingkungan, bersih dengan lingkungan sekitar, maka bersih pula karakter teman-teman dan akan menjadi orang yang sukses di masa yang akan datang,” kata Hafidz.

Harapannya dengan adnaya penyelenggaraan kegiatan pembelajaran litarasi digital bagi generasi z, banyak pelajar akan lebih memahami etika dalam berkomunikasi pada ruang publik bagi itu secara offline maupun online

“Semoga dengan pendidikan karakter untuk generasi saat ini, baik itu di offline maupun online di dunia digital, teman-teman semua adik-adik di sini, dapat menjadi generasi luar biasa yang diimpikan oleh bangsa kita saat ini,” pungkasnya.

Di akhir sesi nobar, para peserta diberikan kesempatan mengajukan pertanyaan yang dijawab langsung oleh narasumber. Seluruh rangkaian acara dipandu oleh moderator Sonaria.

Adapun Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan info literasi digital dapat diakses melalui media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Literasi Digital Kominfo, Youtube @literasidigitalkominfo serta website literasidigital.id.

Editor


Komentar
Banner
Banner