bakabar.com, JAKARTA - Ketua Majelis Kehormatan Partai Gerindra, Habiburokhman menyebut Ketua DPC Partai Gerindra Semarang, Joko Santoso terancam dipecat.
Sebab Joko diduga melakukan penganiayaan terhadap kader PDI Perjuangan.
"Kita akan menanyakan peristiwanya. Apakah, bagaimana peristiwanya. Kita akan mendalami bagaimana awalnya," kata Habiburokhman kepada wartawan di DPP Gerindra, Minggu (10/9).
Baca Juga: Aniaya Kader PDIP, Ketua Gerindra Semarang Dipanggil Majelis Kehormatan
Secara detail, ia membahas masalah-masalah yang menarik atensinya serta menilik alasan terjadinya kejadian tersebut.
"Karena ini level ketua DPC, seharusnya dia sudah ada rasa kepemimpinan, dan menyikapi sesuatu tidak boleh reaktif. Orang pasang bendera sebetulnya masalahnya di mana? Kecuali dia pasangnya di rumah Pak ketua DPC ini atau misalnya di mobilnya ditempelin (bendera)," jelasnya.
"Tapi kalau orang pasang bendera di sekitar rumahnya yah kita harus dalami salahnya di mana atau misalnya orang itu mencopot bendera Gerindra. Kalau soal penganiayaan kita belum tahu, banyak informasi simpang siur ada yang bilang terjadi ada yang bilang tak terjadi itu juga akan menjadi ranah kepolisian," lanjutnya.
Baca Juga: Majelis Kehormatan Gelar Sidang Etik Ketua Gerindra Semarang!
Ia juga berharap korban dapat memberikan keterangan sehingga bisa diselesaikan lewat jalur hukum dengan adil.
"Sidang akan dua sampai tiga kali, nanti kita kemungkinan pemeriksaan saksi-saksi, tidak bisa hari ini, yang mungkin agak jelas, ini kan ada dua kualifikasi yang pertama dugaan intimidasi, artinya bahasa khususnya dugaan pelanggaran kader partai Gerindra sopan dan rendah hati," imbuhnya.
"Itu dengan perbuatan mendatangi orang masuk kerumah lalu memaki-maki misalnya, itu dua peristiwa yang berbeda," sambung dia.
Ia mengaku hasil sidang akan didiskusikan terlebih dulu di pihak internal Gerindra sebelum kemungkinan disampaikan ke PDIP. Ia juga enggan menerka-nerka hukuman yang akan dijatuhkan ke Kader Gerindra Joko Santoso.
"Nanti, nanti kita lihat (sanksi pemecatan). Jangan terlalu banyak asumsi dulu. Kita mau dalami dulu," pungkasnya.