Sumber Protein

Ketika Ulat Menjadi Sumber Protein Masa Depan, Halal untuk Muslim?

Meski kelihatan menggelikan, di masa depan, kudapan berbahan ulat berpotensi jadi sumber protein yang menjanjikan.

Featured-Image
Ulat menjadi sumber protein di masa depan (Foto: dok. komunitasguru.com)

bakabar.com, JAKARTA - Barangkali Anda pernah mendengar ulat sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat Papua. Meski terlihat menggelikan, di masa depan, kudapan berbahan larva ini justru berpotensi jadi sumber protein yang menjanjikan.

Hipotesis itu diperkuat dengan laporan PBB pada 2021 lalu, di mana merekomendasikan agar serangga – termasuk ulat – diproduksi massal sebagai makanan.

“Serangga bisa berkontribusi pada ketahanan pangan dan gizi, serta memiliki jejak ekologis lebih rendah ketimbang sumber protein lain,” tulis laporan tersebut, dikutip dari Daily Mail.

Rencana menjadikan ulat sebagai sumber protein di masa depan, sejatinya, sudah digaungkan sejak 2008 silam.

Lebih tepatnya, saat Food and Agriculture Organization (FOA) mencari solusi pemenuhan pangan di masa depan, seiring bertambahnya jumlah penduduk di seluruh dunia.

Pemilihan serangga bukanlah tanpa alasan. Jurnal Nutritional composition and safety aspects of edible insects (2013) kembali menegaskan bahwasanya serangga kaya akan protein, lemak, kalsium, besi, dan zinc, sehingga sangat baik untuk kesehatan.

Daging Berbahan Ulat Hongkong

Hipotesis soal ulat yang berpotensi jadi sumber protein menjanjikan ini dikembangkan lewat sebuah uji coba. Adalah Universitas Wonkwang, tempat asal para ilmuwan yang melakukan eksperimen tersebut.

Dalam studi itu, ilmuwan meneliti cara mengolah serangga agar bisa dimakan – salah satunya, dengan menganalisis profil rasa serangga.

Mereka menemukan bahwa larva mentah memiliki rasa menyerupai kombinasi tanah basah, udang, dan jagung manis.

Selanjutnya, peneliti mempertimbangkan cara agar rasa ulat berubah saat dimasak. Mereka lantas mengolah sekumpulan ulat hongkong atau mealworm hingga berbentuk dan bercita rasa menyerupai daging.

Supaya lebih terasa berdaging, mereka memanaskan mealworm dengan gula, sehingga memicu reaksi Maillard. Hasilnya, olahan tersebut menciptakan rasa yang otentik.

“Mealworm adalah salah satu serangga yang dapat dimakan, yang paling banyak digunakan di dunia. Mengandung asam amino esensial yang bermanfaat dan tinggi asam lemak tak jenuh,” jelas salah seorang peneliti yang terlibat, Hee Cho, dikutip dari New York Post.

Cho bersama timnya memilih untuk mengolah mealworm menjadi seperti bumbu, di mana bisa ditambahkan ke berbagai produk makanan.

Mereka berusaha membuat ulat tak terlihat seperti bentuk aslinya, mengingat masih banyak masyarakat yang merasa jijik dengan serangga.

Apakah Boleh Dimakan Orang Indonesia yang Mayoritas Muslim?

Pengembangan ulat sebagai sumber protein di masa depan, tak menutup kemungkinan, juga bakal diterapkan di Indonesia.

Namun, mengingat mayoritas penduduk di negeri ini beragama Islam, seringkali muncul keraguan soal halal tidaknya pangan berbahan serangga itu.

Dosen Teknologi Produksi Ternak dari IPB University, Yuni Cahya Endrawati, mengatakan ada beberapa ayat dalam Al-Quran yang menginggung persoalan itu. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun telah mengeluarkan fatwa terkait hukum memakan serangga.

“Beberapa fatwa serangga telah dikeluarkan secara khusus untuk jenis tertentu, namun ada juga yang berdasarkan kaidah umum kemanfaatan dan kemaslahatan (kebaikan),” tulisnya, dikutip dari laman halal.ipb.ac.id.

Yuni mencontohkan, serangga yang dimaksud salah satunya adalah ulat jerman (Zophobas morio) atau jenis lain yang masih dalam satu keluarga yaitu ulat tepung (Tenebrio molitor). Keduanya, kata dia, tidak secara khusus difatwakan.

Sebab itu, penentuan status halalnya mengacu pada manfaat dan kebaikan dari serangga itu sendiri. Sekaligus, merujuk pada berbahaya atau tidaknya serangga tersebut.

Demikianlah sekilas pembahasan mengenai rencana dunia menjadikan ulat sebagai sumber protein. Berminat mencicipi kuliner yang satu ini?

Editor


Komentar
Banner
Banner