bakabar.com, JAKARTA - OIKN mengirim sinyal hadirnya kereta tanpa rel di ibu kota Nusantara (IKN). Investor yang menggarapnya kemungkinan besar dari China.
Lantas, kapan sarana transportasi bertekonologi tinggi itu diterapkan? Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Otorita IKN Silvia Halim yakin bakal sesegera mungkin.
"Kami sudah berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan terkait rencana pembangunan kereta tanpa rel," kata dia saat ditemui di Jakarta, Senin (15/1)
Baca Juga: Telkom Bakal Suntik Dana Rp280 Miliar ke IKN
Kendati demikan, Silvia mencatat sederet tantangan bila teknologi kereta api tanpa rel dibangun di IKN. Apalagi kalau bukan mengenai kontur tanah.
Kontur tanah IKN sendiri sangat berbukit-bukit. Tak rata seperti kota lainnya. Sehingga itulah yang kini jadi pertimbangan.
"Dia kan butuh koridor khusus untuk dioperasionalkan. Kedua, yang perlu kita pastikan itu kontur dari kota itu sendiri yang tidak rata seperti kota lain," jelas dia.
Baca Juga: Jokowi Tawarkan Peluang Investasi IKN ke Pengusaha Brunei
Oleh karenanya, Silvia sudah menyampaikannya ke Kementerian Perhubungan. Agar pemerintah dapat segera memetakan koridor mana yang cocok.
"Itu makanya kami sudah memberikan banyak masukan kepada Kementerian Perhubungan, mana sih koridor yang paling cocok," terang dia.
Melihat kontur, maka tidak mungkin moda transportasi tanpa rel diterapkan pemerintah di semua tempat penjuru IKN.
"Kalau memang mau diterapkan. Jadi tidak bisa mungkin di seluruh tempat. Itu yang kami sampaikan, parsial. Dan ini masih dalam tahap percobaan, tahap awal," bebernya.
Baca Juga: Daftar 6 Kereta Memutar Imbas KA Pandalungan Anjlok
Sebelumnya China mengirim sinyal bakal kereta otonom atau automated rail transit (ART) di IKN. Rencana ini hasil dari pembicaraan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat bertemu dengan Menteri Transportasi China Li Xiaopeng di Beijing China, Jumat (13/1) kemarin.
Penjajakan antar kementerian telah dilakukan melalui China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC). Budi ingin IKN menggunakan satu set kereta otonom dari CRRC.
"Satu set kereta terdiri dari tiga gerbong, berkapasitas 307 penumpang, memiliki kecepatan operasional 40 km/jam dan kecepatan maksimal 70 km/jam," kata Budi dalam keterangan tertulis, Sabtu (13/1).