bakabar.com, JAKARTA – Arab Saudi membuka keberangkatan haji 2022 untuk 1 juta jemaah. Lantas berapakah jatah untuk Indonesia nanti?
Sejauh ini kepastian total kuota jemaah haji Indonesia masih menunggu keputusan pemerintah Arab Saudi. Kendati demikian, Kementerian Agama (Kemenag) telah menyiapkan simulasi pembagian kuota untuk haji khusus dan reguler. Pembagian kuota itu berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019.
“Kita masih menunggu berapa kuota haji yang akan diberikan kepada Indonesia. Kuota haji nantinya sesuai dengan UU Nomor 8 Tahun 2019 akan terdiri dari 92 persen haji reguler dan 8 persen haji khusus,” kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) Hilman Latief dalam keterangan resminya, Selasa (12/4) malam.
Hilman mengatakan berdasarkan data pelunasan haji khusus tahun 2020, terdapat 15.466 jemaah yang telah melakukan pelunasan biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) Khusus.
Ia mengingatkan bahwa jika kuota yang diberikan kepada Indonesia tidak dalam jumlah normal (100 persen), maka ada potensi banyak jemaah lunas yang belum dapat diberangkatkan.
Terlebih lagi, Arab Saudi hanya membuka haji sebanyak satu juta orang baik domestik maupun luar negeri. “Ini harus segera direkonsiliasi datanya dan siapkan mitigasinya,” kata Hilman.
Kabarnya, dari 1 juta jemaah itu, pemerintah Arab Saudi mengalokasikan 30 persen untuk jemaah domestik, dan 70 persen dari luar negeri.
Terlepas dari itu, sebagai bagian mitigasi, Dirjen Penyelenggara Haji Indonesia meminta jajarannya untuk melakukan sejumlah persiapan.
Seperti rekonsiliasi data jemaah haji khusus yang lunas dan siap berangkat, mendata jemaah haji khusus di bawah usia 65 tahun yang siap berangkat.
Kemudian, memastikan bahwa jamaah haji khusus yang siap berangkat, telah divaksinasi Covid-19 dosis lengkap, dan menyusun regulasi konfirmasi pelunasan BPIH Khusus dan pengisian kuota haji khusus.
“Bina Umrah dan Haji Khusus (UHK) juga harus membuat simulasikan skenario pemberangkatan jamaah haji khusus, menyangkut konsorsium PIHK, petugas PIHK, dan pengurusan kontrak layanan Arab Saudi,” kata dia.
Terkait pengisian kuota haji khusus, Hilman meminta agar dibuat pedoman yang jelas dan tegas. Dia juga minta jangan sampai ada jamaah yang merasa diperlakukan tak adil gara-gara terlompati nomor porsinya.
"Acuan dalam UU Nomor 8 Tahun 2019 sudah jelas, prinsip first come first serve, tidak dapat ditawar lagi, karena mereka sudah melunasi BPIH, mengantri, dan tertunda berangkat selama 2 tahun. Jika ada yang tidak dapat berangkat karena kendala persyaratan, maka digantikan oleh nomor porsi secara urutan yang ada di bawahnya,” kata dia.
Hilman juga mengidentifikasi sejumlah persoalan yang perlu dimitigasi, seperti potensi kenaikan biaya layanan setelah dua tahun tidak ada pemberangkatan, baik layanan akomodasi, konsumsi, transportasi di Arab Saudi, juga visa dan asuransi.