Keterlambatan perampungan pekerjaan, tak urung membuat warga setempat kecewa. Terlebih setelah jembatan sebelumnya ambruk 17 Agustus 2017 lalu, arus lalu lintas ikut tersendat.
Diketahui jembatan itu menghubungkan banyak desa di Kecamatan Mandastana seperti Bangkit Baru, Tanipah, Puntik Luar, Sungai Ramania dan Tatah Alayung.
Keberadaan jembatan darurat yang terbuat dari kayu ulin juga tak sepenuhnya efektif, lantaran mobil tak bisa melintas. Penyebabnya lebar jembatan darurat cuma sekitar 1,5 meter.
"Kami cukup gembira, karena jembatan sempat dibuka untuk uji coba selama beberapa hari. Pasar juga kembali ramai," papar Masrani, Kepala Desa Tanipah.
Baca Juga: Diburu Deadline, Progres Jembatan Tanipah di Mandastana Batola Diklaim Sisa 8 Persen
Baca Juga: Ambruk Lima Tahun Lalu, Jembatan Mandastana di Batola Mulai Dibangun Ulang
"Kemudian jembatan ditutup lagi untuk pengecoran oprit. Namun sampai sekarang jembatan masih ditutup dan pengecoran tidak juga diselesaikan," sambungnya.
Sementara terkait pemutusan kontrak kerja kontraktor, warga berharap Pemkab Batola segera memperoleh solusi agar jembatan dapat segera digunakan.
"Tentu kami berharap jembatan bisa segera selesai, karena sudah hampir 6 tahun kami menunggu. Kondisi jembatan darurat juga kerap rusak dan beberapa kali diperbaiki," harap Masrani.
"Seandainya oprit diaspal belakangan pun, kami tidak akan mempermasalahkan. Terpenting jembatan bisa dilewati semua jenis kendaraan," pungkasnya.