bakabar.com, JAKARTA - Produsen mobil Ford Motor mengumumkan kesepakatan dengan PT Vale Indonesia Tbk dan Zhejiang Huayou Cobalt Co. dari Cina membangun pabrik pengolahan (smelter) nikel di Indonesia.
Kerja sama yang disepakati pada Kamis (30/3) itu diklaim juga untuk membantu membuat baterai kendaraan listrik lebih terjangkau.
"Cara ini menempatkan Ford pada posisi untuk membantu membuat kendaraan listrik lebih mudah diakses jutaan orang dan membantu melindungi manusia dan planet dengan lebih baik," ujar Wakil Presiden untuk industrialisasi Ford Model e EV, Lisa Drake, Kamis (30/3).
Baca Juga: Hyundai Perkenalkan Robot Pengisian Daya Otomatis untuk Mobil Listrik
Ia berkata bahwa langkah tersebut merupakan salah satu cara industri mendapatkan nikel yang dibutuhkan perusahaan dengan biaya terendah.
"Hal itu memungkinkan kami untuk memastikan nikel ditambang sejalan dengan target keberlanjutan perusahaan kami, menetapkan standar ESG yang tepat," tukasnya.
Terkait hal itu, Huayou merupakan perusahaan berbasis teknologi, dan produsen terkemuka bahan baterai energi baru ramah lingkungan, rendah karbon, dan berstandar ESG tinggi.
"Upaya bersama dari tiga pihak bertujuan untuk menciptakan pengaruh yang sangat positif terhadap ekonomi dan pembangunan sosial Indonesia serta industri EV global dan rantai pasokannya," kata Wakil Presiden Senior Huayou, George Fang.
Baca Juga: Ford Tingkatkan Produksi Mobil di AS untuk Penuhi Permintaan Pelanggan
Diketahui, ketiga perusahaan tersebut melakukan penyertaan modal di Proyek High Pressure Acid Leaching (HPAL) Blok Pomalaa melalui kesepakatan definitif yang peresmiannya dihadiri Presiden Indonesia Joko Widodo.
Proyek HPAL Blok Pomalaa itu akan mengolah bijih yang disediakan oleh PT Vale Indonesia dari tambang Blok Pomalaa untuk menghasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).
Lebih lanjut, pabrik HPAL itu akan beroperasi di bawah naungan PT Kolaka Nickel Indonesia di kawasan industri nikel Blok Pomalaa di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Indonesia.
Baca Juga: Dukung Industri Kendaraan Listrik, Antam Buka Peluang Hilirisasi Nikel
Proyek tersebut diprediksi dapat memproduksi hingga 120 kiloton nikel per tahun dalam bentuk endapan hidroksida campuran (MHP), produk nikel berbiaya rendah yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik dengan katoda kaya nikel.
Ford Akan Produksi 2 juta EV tahun 2026
Sebagai informasi, persiapan lokasi awal Proyek HPAL Blok Pomalaa telah dimulai, dan konstruksi penuh diharapkan dapat dimulai tahun ini, dengan operasi komersial dimulai pada tahun 2026.
Kolaborasi itu akan mengirimkan bahan-bahan penting untuk peralihan industri otomotif ke kendaraan listrik, meningkatkan industri manufaktur kendaraan listrik Indonesia, dan mendukung Ford yang berencana untuk memproduksi 2 juta kendaraan listrik pada akhir tahun 2026.
Baca Juga: Pabrik Peleburan Nikel, Merdeka Battery Investasi 1,28 Miliar Dolar AS
Terkait hal tersebut, CEO PT Vale Indonesia Febriany Eddy menyampaikan bahwa perjanjian tersebut menunjukkan bukan hanya tentang apa yang ditambang perusahaan, tetapi lebih kepada bagaimana mereka melakukannya.
"Kami menanamkan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola kami ke dalam semua yang kami lakukan, dan hasilnya adalah kolaborasi unik dengan pembuat mobil global Ford dan pemroses mineral global terkemuka Huayou untuk berinvestasi bersama dalam proyek ini," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, kesepakatan tersebut merupakan kelanjutan dari ground breaking Blok Pomalaa PT Vale Indonesia pada November lalu.
Blok itu merupakan Proyek Strategis Nasional dengan investasi hingga Rp67,5 triliun dan diperkirakan akan menghasilkan 12.000 pekerjaan konstruksi.
Proyek tersebut diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Dalam sambutannya, Menteri Luhut mengatakan Blok Pomalaa merupakan batu loncatan bagi Indonesia untuk diakui sebagai produsen mineral berkualitas tinggi untuk ekosistem kendaraan listrik global.