Opini

Kecerdasan yang Dibentuk oleh Fisika

Oleh: Dosen Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari Banjarmasin Lutfiyanti Fitriah, M.Pd., Wiwik Agustinaningsih,…

Featured-Image
Ilustrasi. Foto-Istimewa

Oleh:

Dosen Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari Banjarmasin

Lutfiyanti Fitriah, M.Pd.,

Wiwik Agustinaningsih, M.Pd.,

 Mahasiswa Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Antasari Banjarmasin

Fauzan Pribakti,

Gita Trisnawati

Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar kata “Fisika”? Apakah Anda membayangkan rumus-rumus yang sulit dimengerti, percobaan di laboratorium yang rumit, pembelajaran yang membosankan, guru/dosen yang galak, dan berbagai hal tidak menyenangkan lainnya? Semoga saja tidak karena fisika merupakan ilmu yang menyenangkan untuk dipelajari. Apabila ditelisik lebih mendalam maka Anda akan menemukan betapa mengasyikkannya mempelajari salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam ini. Mari kita kenal ilmu fisika lebih dekat dan menguak manfaatnya bagi kecerdasan.

Tentu tidak asing lagi bagi kita bahwa fisika mampu melatih kecerdasan logis-matematis (logical-mathematical intelligence) seseorang. Hal ini dikarenakan oleh fisika mengajarkan seseorang untuk berpikir ilmiah karena ilmu ini sendiri tumbuh dan berkembang dari metode ilmiah. Berbagai gejala alam dikaji oleh fisika secara ilmiah dan dituangkan ke dalam konsep, prinsip, teori dan hukum fisika serta persamaan-persamaan fisika. Fisika juga mengajarkan seseorang untuk pandai memformulasikan persamaan-persamaan fisika agar berbagai peristiwa fisika dapat dipahami secara umum melalui persamaan-persamaan tersebut. Jadi, fisika akan membantu perkembangan kemampuan logis-matematis.

Apakah hanya kecerdasan logis-matematis yang dikembangkan oleh fisika? Jawabannya tentu tidak. Seseorang yang mengkaji ilmu fisika akan dilatih untuk mengembangkan dan meningkatkan berbagai jenis kecerdasan lainnya. Berikut penjelasannya:

  1. Linguistic intelligence (kecerdasan verbal). Fisika mendorong seseorang khususnya peserta didik (siswa dan/atau mahasiswa) untuk menulis laporan ilmiah, baik berupa laporan praktikum, laporan hasil observasi, makalah, artikel, dan sebagainya setelah kegiatan praktikum atau kegiatan observasi dilakukan. Dengan demikian, fisika memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan untuk berlatih dan mengembangkan kemampuan verbalnya.
  2. Musical intelligence (kecerdasan musik). Berdasarkan pengalaman yang terjadi selama ini, sekelompok orang yang menggeluti ilmu fisika tidaklah bersifat kaku. Mereka juga memiliki kecerdasan di domain ini. Ada banyak mahasiswa yang kuliah di Tadris Fisika UIN Antasari Banjarasmasin terampil bermain teater, menari, menulis kaligrafi, menyanyi, dan bermain alat musik seperti gitar. Bahkan, di antara mereka ada yang berhasil memperoleh penghargaan, yakni sebagai juara lomba menyanyi, lomba habsyi, dan lomba puisi baik di tingkat lokal, regional, dan nasional. Ini membuktikan bahwa fisika tidak menjadikan seseorang jauh dari seni.
  3. Spatial intelligence (kecerdasan spasial). Fisika melatih seseorang untuk menuangkan berbagai fenomena fisika ke dalam bentuk gambar, misalnya menggambar sebuah benda bergerak dengan gaya tertentu dan kecepatan awal tertentu. Bahkan di tingkat fisika lanjut, seseorang juga dilatih untuk menggambar peristiwa fisika dalam bentuk tiga dimensi, misalnya menggambar garis-garis medan listrik yang menembus sebuah bola (hukum Gauss – Fluks Listrik). Dengan demikian, kecerdasan spasial akan dilatih melalui kegiatan menggambar tersebut.
  4. Bodily kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestetik-jasmani). Fisika melatih kecerdasan seseorang di domain ini melalui pelaksanaan praktikum di laboratorium. Ketika seseorang melakukan praktikum, setidaknya diperlukan koordinasi mata-tangan dalam merangkai alat dan membaca hasil pengukuran. Bahkan indera lain juga diperlukan untuk saling berkoordinasi, misalnya telinga dalam praktikum gelombang bunyi.
  5. Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal). Ketika seseorang khususnya peserta didik belajar fisika di kelas atau melaksanakan praktikum di laboratorium, maka mereka pada umumnya belajar secara berkelompok atau berpasangan. Mereka dilatih untuk berbagi hasil penemuan, saling mendukung dalam memecahkan masalah, dan bekerja sama pada proyek-proyek sehingga kemampuan berinteraksi dengan orang lain menjadi terlatih.
  6. Intrapersonal intelligence ((kecerdasan intrapersonal). Fisika memberi kesempatan kepada seseorang untuk mengembangkan intelektualnya, mengotrol pembelajarannya, menelaah kebenaran dan ketepatan proses praktikum di laboratorium, dan memahami kegunaan serta dampak teknologi yang dilahirkan dari fisika bagi diri sendiri dan masyarakat.
  7. Naturalist intelligence (kecerdasan naturalis). Fisika mengajak seseorang untuk menjelajahi, menyelidiki, dan mengeksplorasi alam semesta karena sebagai salah satu cabang IPA fisika mengkaji tentang alam semesta, misalnya tentang peristiwa gerak berbagai hewan di alam semesta, gerak rotasi dan revolusi Bumi, proses naiknya air dari akar tumbuhan menuju daun, proses terjadinya aurora di kutub Bumi, proses turunnya hujan, dan bagaimana air dapat mengalir.

 

Jadi, sudah jelas bukan bahwa dengan mempelajari ilmu fisika seseorang akan menjadi lebih cerdas di berbagai domain kecerdasan. Oleh karena itu, bukan suatu hal yang bijak untuk menakuti ilmu ini. Sebaliknya, kita sebaiknya gemar mempelajarinya dan mengajak orang di sekitar kita untuk menelaah ilmu ini agar kecerdasan meningkat.

Fisika tidak hanya menjadikan seseorang lebih cerdas, ilmu ini juga mampu menjadikan seseorang khususnya peserta didik untuk lebih mengenal kearifan lokal yang ada di daerahnya. Bahkan fisika mampu menjadikan seseorang untuk mencintai, menghargai, dan melestarikan kearifan lokal tersebut. Di sini diperlukan peran seorang pendidik baik guru maupun dosen dalam menghadirkan kearifan lokal ke tengah pembelajaran di kelas.

Salah satu cara yang dapat dilakukan pendidik untuk mengenalkan dan mendekatkan peserta didik dengan kearifan lokal adalah dengan menjadikan kearifan lokal tersebut sebagai objek kajian di pelajaran fisika. Terlebih lagi Indonesia yang memiliki beragam kearifan lokal yang menarik untuk dikaji, seperti pariwisata-alam, transportasi tradisional, permainan tradisional, pakaian adat, alat musik, kesenian dan kerajinan, cerita rakyat, dan sebagainya maka tentu semua ini bisa dijadikan objek pelajaran yang dikaji dari perspektif ilmu fisika.

Pembelajaran fisika berbasis kearifan lokal ini tidak lain merupakan salah satu langkah nyata pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan karakter bangsa. Selan itu, dengan cara ini seseorang akan memperoleh relevansi antara ilmu fisika yang diketahuinya dengan keahlian dan potensi lokal yang ada di daerahnya.

Contoh pembelajaran fisika yang menjadikan kearifan lokal sebagai objek kajian adalah pembelajaran pada materi fluida statis. Pembelajaran ini dapat dikemas dengan lebih menarik melalui penjelasan salah satu teknologi warisan nenek moyang di daerah Kalimantan Selatan, yaitu jukung yang merupakan alat transportasi tradisonal suku Banjar.

Pendidik dapat menjelaskan penyebab jukung yang berat dapat mengapung di sungai bahkan dapat mengangkut berbagai muatan yang berat tanpa tenggelam dari perspektif ilmu fisika, khususnya berdasarkan hukum Achimedes. Selanjutnya, pendidik dapat menjelaskan teknik pembuatan jukung yang telah dimiliki oleh suku Banjar sejak dulu, jenis-jenis jukung, manfaat jukung bagi kehidupan masyarakat Banjar, dan nilai-nilai yang dapat dipelajari dari sebuah jukung. Nilai-nilai yang bisa digali dari proses pembuatan jukung antara lain nilai adaptasi, nilai kedekatan dengan alam, nilai ekonomi, nilai seni, nilai identitas budaya, dan nilai pariwisata. Dengan cara ini, pembelajaran yang dilaksanakan lebih bermakna dan kontekstual karena peristiwa yang diajarkan kepada peserta didik ada di lingkungan sekitarnya dan nilai-nilai yang hidup dan berkembang di masyarakat dapat difasilitasi untuk dipahami, diinternalisasi, dan diwujudkan di kehidupan bermasyarakat.

Nilai-nilai Islam yang berhubungan dengan fluida statis, khususnya teknologi jukung, juga dapat disisipkan di dalam pembelajaran oleh pendidik. Caranya adalah dengan mengajak peserta didik menyelami firman Allah Swt. yang tercantum dalam QS. Al-Isra’: 66, yaitu sebagai berikut:

رَّبُّكُمُ ٱلَّذِى يُزْجِى لَكُمُ ٱلْفُلْكَ فِى ٱلْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِهِۦٓ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

Artinya: “Tuhanmu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu.” (QS. Al-Isra’: 66)

Berdasarkan ayat ini peserta didik dapat diajak untuk bersyukur kepada Allah Swt. yang telah menciptakan keteraturan alam semesta dengan sempurna sehingga jukung dan sungai dapat dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup masyarakat, khususnya oleh suku Banjar. Dengan cara ini, fisika bukan hanya mengembangkan 8 domain kecerdasan yang telah dibahas di depan tetapi juga memupuk dan meningkatkan kecerdasan spiritual seseorang.

Nampak jelas bukan bahwa dengan mempelajari ilmu fisika maka kecerdasan dapat dioptimalkan dan kearifan lokal yang merupakan potensi dan keunggulan masyarakat dapat lebih dicintai dan dihargai serta diaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan mengkaji ilmu fisika juga berarti mengaji ayat-ayat Allah Swt. Semoga tulisan ini mampu mengubah persepsi tentang ‘fisika itu menakutkan’ menjadi “fisika itu menyenangkan’. Bagi para pendidik semoga dengan tulisan ini memberi inspirasi untuk mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam pembelajaran. Tulisan ini ini ditutup dengan sebuah pantun:

Banjarmasin Kota Seribu Sungai

Pasar Terapung objek wisatanya

Barang siapa ingin jadi pandai?

Belajar fisika solusinya



Komentar
Banner
Banner