Kebijakan Bank Indonesia

Kebijakan BI, Analis: Investor Perhatikan Suku Bunga dan Kredit Perbankan

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Mino meminta para investor untuk memperhatikan kebijakan BI terkait suku bunga acuannya.

Featured-Image
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (2/1/2023). Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Mino meminta para investor untuk memperhatikan kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuannya dan data pertumbuhan kredit perbankan pada pekan ini.

"Keputusan BI menjadi perhatian investor. Seiring cukup stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dan inflasi yang cenderung turun, diprediksi akan membuat Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen," ujar Mino dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (22/5).

Terkait data pertumbuhan kredit perbankan, ia menyebut kredit perbankan tumbuh 9,93 persen year on year (yoy) pada Maret 2023, atau lebih rendah dibandingkan 10, 64 persen (yoy) pada Februari 2023.

Baca Juga: Setelah Bank Sentral AS Naikkan Suku Bunga, Rupiah Menguat

"Pertumbuhan kredit tersebut ditopang oleh naiknya kredit investasi yang tumbuh 11,40 persen (yoy) dan kredit modal kerja serta konsumsi yang masing-masing tumbuh 9,52 persen dan 9,20 persen (yoy)." jelas Mino.

Ia menyebut para investor juga perlu memperhatikan sentimen dari mancanegara, di antaranya, perkembangan harga komoditas, perkembangan perundingan batas atas utang Amerika Serikat (AS) dan Federal Open Market Committee (FOMC) Minutes.

Sepanjang pekan lalu, Mino menjelaskan terdapat tiga sentimen negatif yang membuat IHSG berada di zona merah, di antaranya, kembali berlanjutnya pelemahan sebagian besar harga komoditas, melambatnya kenaikan harga properti residensial, serta ketidakpastian terkait plafon utang di AS.

Baca Juga: Bank Indonesia dan Bank Sentral Laos Perkuat Kerja Sama Bilateral

"Sebagian besar harga komoditas pada perdagangan pekan lalu kembali melemah dipicu oleh beberapa faktor, antara lain data ekonomi China yang lebih rendah dari ekspektasi, ketidakpastian debt ceiling (plafon utang) di AS, dan menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama lainnya," ujar Mino.

Sementara itu, sentimen positif yang menjaga IHSG pada pekan lalu, di antaranya kembali surplusnya neraca perdagangan, yang mana neraca perdagangan kembali surplus sebesar 3,94 miliar dolar AS pada April 2023, atau meningkat dari sebelumnya sebesar 2,83 miliar dolar AS.

Selain itu, terjadi aksi beli investor asing senilai Rp0,4 triliun di pasar reguler, setelah sebelumnya dalam dua minggu berturut-turut asing mencatatkan aksi jual bersih.

Editor


Komentar
Banner
Banner